Sariputta | Pentingnya Mengenalkan Buddha Dhamma Kepada Anak -Anak Sariputta

Pentingnya Mengenalkan Buddha Dhamma Kepada Anak -Anak

👁 1 View
2019-08-02 13:55:44

Prinsip dasar dalam Buddha Dhamma yang harus dikenalkan pada anak-anak. Namun semua itu harus dimulai secara bertahap. Pada tahapan awal dikenalkan dan diajarkan oleh orang tua kepada anak-anak meliputi keyakinan (saddhā), moralitas (sīla), kedermawanan (cāga), dan kebijaksanaan (paññā).

1.Keyakinan (Saddhā)
Keyakinan terhadap Buddha Dhamma adalah prinsip pertama yang harus diajarkan oleh orang tua kepada anak. Keyakinan tersebut diibaratkan akar sebuah pohon. Agar pohon tidak mudah tumbang, maka akar harus menancap dengan kuat. 
Dalam hal ini, orang tua harus bersikap bijaksana untuk mengajarkan keyakinan kepada anaknya. Anak dididik dengan bijak bagaimana keyakinan terhadap Buddha Dhamma dapat dibuktikan dengan benar. 
Orang tua dapat menampilkan gambar-gambar bercorak Buddha Dhamma. Misalnya gambar Buddha, atau simbol-simbol Buddha Dhamma kemudian menjelaskan secara sederhana makna gambar atau simbol tersebut dengan kalimat yang mudah dimengerti oleh anak. Selain itu orang tua juga bisa mengajak anak untuk membaca paritta bersama ataupun hanya sekadar mendengarkan lantunan paritta atau lagu-lagu Buddhis.
Anak-anak biasanya menyukai cerita.Bisa saja cerita diambil dari Kitab Jātaka yang penuh dengan nilai-nilai Buddhis. Anak pasti akan menyukainya. Sembari bercerita, orang tua dapat membentuk karakter anak sesuai dengan ajaran Buddha Dhamma dengan memberikan refleksi kepada diri anak melalui cerita Jātaka tersebut.

2.Moralitas (Sīla)
Setiap orang tua tentu menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang berbudi pekerti luhur. Di sinilah peran orang tua untuk mengajarkan prinsip dasar moralitas kepada anaknya. Orang tua harus mengajarkan prinsip dasar kemoralan berupa pañcasīla Buddhis kepada anak-anak sejak dini.

Melalui pañcasīla Buddhis, anak-anak dapat mengenal dan mempraktikkan cinta kasih, kasih sayang, kejujuran, dan budi pekerti luhur. Anak diajarkan untuk tidak menyakiti makhluk lain. Sebaliknya mereka dianjurkan untuk menolong makhluk yang butuh bantuan. Tentu saja selain menjelaskan kepada anak-anak, orang tua pun juga harus memberikan teladan dalam menjaga moralitas tersebut.

3.Kedermawanan (Cāga)
Untuk mengikis rasa mementingkan diri sendiri, anak-anak perlu diajarkan untuk bisa bersikap sosial dan saling membantu.Hal ini akan banyak membantu anak dalam perkembangan kecerdasan interpesonal dan intrapersonal pada dirinya. Salah satu cara mengajarkan sikap sosial adalah dengan mengajarkan anak untuk bersikap dermawan.

Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah dengan mengajak anak-anak untuk pergi berdana kepada para bhikkhu dalam acara piṇdapata maupun berdana ke wihara. Cara yang lain, misalnya ketika perayaan ulang tahunnya, anak bisa diajak untuk berdana kepada orang-orang yang membutuhkan atau kepada teman-temannya.

4.Kebijaksanaan (Paññā)
Seorang anak hendaknya diajarkan untuk dapat berpikir dan berperilaku secara bijaksana sejak kecil. Tentu hal ini harus disesuaikan dengan usia anak. Karena masa kanak-kanak sangat identik dengan perilaku anak yang banyak ingin tahu sehingga tidak jarang orang tua menganggap sikap anak yang memiliki rasa ingin tahu berlebihan tersebut sebagai sikap yang nakal.Orang tua hendaknya mengajak anak untuk dapat mengontrol sikapnya secara bijaksana.
Ketika anak berbuat suatu kesalahan, hendaknya orang tua tidak serta-merta memarahi anak dan menghukumnya dengan cara-cara yang tidak mendidik. Orang tua harus menenangkan anak terlebih dahulu karena biasanya setelah anak-anak melakukan kesalahan, mereka akan diliputi rasa takut. Orang tua harus membuat anak merasa aman kemudian barulah memberi nasihat dengan kata-kata yang lembut dan tidak menyakitkan hati anak. Ajarkan bahwa sikap nakal anak tersebut bisa saja merugikan diri anak sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitar. Dengan demikian, anak akan terbiasa untuk berpikir ulang apakah aktivitas yang akan dilakukan olehnya membawa kerugian bagi diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. Ini adalah tahap awal melatih anak berpikir dan bersikap bijaksana.

Buddha Dhamma memberikan banyak manfaat sebagai pedoman kita dalam menjalani kehidupan. Sebagai siswa Buddha, kita wajib melestarikan ajaran Buddha kepada generasi penerus agar mereka juga dapat memperoleh manfaat dari ajaran kebenaran. 
sumber : ensiklopedia-buddhadhamma.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com