Sariputta | Kecemasan yang berlebihan Oleh Sarah Napthali Sariputta

Kecemasan yang berlebihan Oleh Sarah Napthali

👁 1 View
2019-08-08 13:53:02

ALMARHUM NENEK SAYA ADALAH orang yang selalu merasa cemas , Selain itu masih banyak lagi, termasuk sebagai aset keluarga yang suka berkorban. la yang selalu hadir sepanjang masa kanak-kanak saya, senantiasa menjaga saya dan kedua saudara perempuam saya, membacakan cerita, menyaksikan “pertunjukan” kami, mendengarkan ocehan kanak-kanak kami. Apabila sedang tidak mencurahkan perhatiannya kepada kami, ia sibuk menggosok setiap sudut rumah yang terkena bahkan sebercak saja kotoran. la hidup untuk melayani kami, dan ia menjauhkan dirinya dan siapapun yang bukan merupakan bagian dari keluarga. Telepon dengan nenek tidak pernah kurang dari setengah jam, dan tidak pernah sekalipun di dalam sejarah keluarga, nenek menutup teleponnya terlebih dahulu. 
Kerabat-kerabat yang tidak terlalu menyukainya mengatakan bahwa nenek yang menyebut dirinya sebagai seorang pencemas keluarga, tidak pernah merasa bahagia kecuali jikalau ia teramat cemas. Ia menjadikan kecemasan bagaikan suatu bentuk seni tertentu, sehingga kami semua setuju untuk tidak akan menceritakan kepadanya tentang berita apapun yang dapat memicu imajinasinya dan hal ini sepertinya telah membatasi komunikasi dengannya secara drastis. Kedua anaknya, ibu dan paman saya, menghindari bercerita kepadanya saat mereka pergi ke luar negeri, pergi ke rumah sakit, atau bahkan saat menghadapi tantangan kecil sekalipun. Nenek adalah seseorang yang mulia dan penyayang, tapi sayangnya, karena merupakan seorang pencemas yang berlebihan, ia telah kehilangan sebagian besar dari kehidupan kami. la tidak pernah bisa menjadi seorang tumpuan, seorang penasehat, atau pendengar di kala orang yang disayanginya dalam masalah.

Ini adalah cerita yang sering kita dengar: anak-anak perempuan dan laki-Iaki menyimpan masalahnya sendiri karena mereka “tidak ingin mencemaskan ibu." Namun, sebagai ibu bagaimana kita dapat membantu anak-anak kita kalau mereka tidak percaya kita? Bagaimana kita dapat menjadi seorang sahabat saat mereka menghadapi masalah seperti perkelahian ketergantungan Obat depresi, atau bahkan pikiran untuk bunuh diri? Untuk dapat membantu anak-anak kita menghadapi tantangan ini, kita diperlukan untuk, dari sisi pandang mereka, sebagai orang yang kuat, penuh hikmat, dan bijaksana. Dan kita harus berani dan bisa menyembunyikan rasa khawatir yang berlebihan yang kita rasakan terhadap keadaan mereka. 
Ibu saya adalah seorang tumpuan yang terampil. Saya dan saudara perempuan saya tidak pernah ragu untuk berbagi kekhawatiran kami dengannya, dan tidak pernah terlintas di pikiran kanak-kanak kami bahwa kalau-kalau kami telah membebaninya. Salah satu kenangan yang sangat menyentuh adalah ketika di awal umur dua puluhan, saya mengalami masa yang menyakitkan dan merasa terjebak, juga putus asa. Saya menceritakan keadaan saya kepada ibu, kemudian pulang dengan mengendarai mobil. Saat tersadar bahwa saya telah melupakan sesuatu, saya kembali lagi dan menemukan ibu dengan wajah berbekas air mata. la mengatakan bahwa tidak ada masalah apa-apa. Saat mengendarai kendaraan pulang lagi, saya merasa sangat berterima kasih. Saya menyadari bahwa ibu selalu menampilkan kesan yang kuat akan dirinya dalam menghadapi kesulitan kami, tetapi mungkin, tidak seperti yang kami sangka, bahwa ia sebenarnya sama dengan nenek: melihat anak-anaknya menderita adalah menyakitkan baginya.

Sampai suatu batas tertentu, kecemasan dapat berguna untuk mendorong kita melakukan perencanaan, mencari jalan alternatif, atau mengambil suatu tindakan. Tetapi kita cenderung untuk mencemaskan jauh melewati batas yang seharusnya, meskipun kita tahu bahwa ini tidak bermanfaat. Kalau kita membiarkan diri terus-menerus dalam kecenderungan ini, kita bisa menghabiskan seluruh sisa hidup kita dalam kecemasan dan tidak akan pernah merasakan kedamaian. 
Sumber : Buku Buddhisme untuk Para Ibu

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com