Sariputta | Berpikirlah Sebelum Berucap Sariputta

Berpikirlah Sebelum Berucap

👁 1 View
2017-09-22 10:47:11

Seorang dokter turun dari mobil dan langsung berlari terburu-buru memasuki gedung rumah sakit. Sebuah panggilan operasi darurat memaksanya bergegas meninggalkan aktivitasnya saat ini. Ada seorang wanita muda mengalami pendarahan yang hebat saat akan melahirkan anak pertamanya.

Setelah mengganti pakaiannya dengan baju operasi, dokter Zuki langsung menuju ke ruang operasi, tidak jauh dari tempatnya berganti baju.

Saat hendak memasuki ruangan operasi, seorang pria muda menyentuh pundaknya seraya berkata : "Apakah anda adalah Dokter Zuki...?"

Dokter Zuki : "Benar sekali... Ada apa Pak...?"

Pria muda itu bergerak ke depan sehingga menghalangi langkah dokter Zuki memasuki ruangan operasi, lalu berkata keras : "Mengapa Anda begitu lama baru tiba di sini? Isteri saya sedang mengalami pendarahan hebat. Nyawanya sedang terancam...."

Dokter Zuki berupaya menenangkan emosi sang pria : "Mohon maaf Pak... Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan isteri bapak...."

Pria muda berteriak : "Pokoknya Anda harus menyelamatkan isteri dan anak saya. Bagaimana seandainya yang berada di ruang operasi adalah isteri Anda dan sedang terancam nyawanya? Apakah Anda masih tenang-tenang saja? Mereka adalah belahan jiwaku. Saya sangat mencintai mereka berdua...."

Dokter Zuki : "Saya akan terus berjuang. Namun, Bapak harus terus berdoa kepada Tuhan, agar operasi ini dapat berjalan lancar. Semua ini kita serahkan kepada kehendak Tuhan..."

Pria tersebut masih terus mencecar Dokter Zuki : "Enak saja Anda bilang semua ini kehendak Tuhan... Coba Anda tadi lebih cepat datang, mungkin keadaannya tidak separah ini. Anda harus bertanggung jawab jika terjadi hal yang buruk..."

Dokter Zuki : "Mohon maaf, saya tadi ada urusan penting dan tidak berada di rumah sakit ini. Saya segera berangkat ke sini setelah mendengar panggilan telepon darurat. Mohon Bapak jangan lagi menghalangi langkahku. Setiap detik amat berharga bagi kita...."

Akhirnya pria muda itu menyingkir dari hadapan Dokter Zuki. Wajahnya masih menampakkan raut ketegangan. Tidak pernah sekalipun dia duduk di kursi saat operasi sedang berlangsung. Sesekali kepalanya melongok ke dalam ruangan operasi.

Setelah satu jam berlalu, Dokter Zuki keluar dari ruangan operasi dengan peluh yang masih menempel di dahinya. Pria muda itu segera berlari ke arah Dokter Zuki.

Pria muda : "Bagaimana kondisi anak dan isteri saya? Apakah mereka baik-baik saja..?"

Dokter Zuki : "Syukurlah, kedua orang yang engkau kasihi sekarang sudah selamat...."

Tanpa menunggu jawaban dari pria itu, Dokter Zuki segera berjalan ke ruang ganti pakaian. Beberapa pertanyaan dari pria itu hanya dijawab singkat : "Silakan bertanya kepada perawat yang merawat isteri bapak. Saat ini saya sedang terburu-buru..."

Tidak berapa lama kemudian terdengar suara mobil milik Dokter Zuki melaju dengan kencang meninggalkan halaman rumah sakit.

Pria tersebut berkata kepada seorang perawat : "Mengapa dokter ini begitu sombong? Apakah dia sedang dikejar waktu untuk operasi di rumah sakit lain? Tidak bisakah dia memberi kesempatan kepada diriku untuk menanyakan masalah anak isteriku..?"

Perawat itu meneteskan air mata sehingga membasahi wajahnya. Dengan suara sesegukan, perawat itu menjawab : "Tadi malam isteri Dokter Zuki meninggal dunia..."

Pria itu terkejut, lantas bertanya : "Mengapa tidak mengatakan dari tadi? Meninggal karena apa?"

Perawat : "Mennggal dunia karena mengalami pendarahan hebat saat melahirkan anak pertamanya. Untunglah sang bayi masih dapat diselamatkan. Sedangkan isterinya harus meninggalkan dirinya selama-lamanya. Saat ini Dokter Zuki sedang berada di areal pemakaman, saat kami menelepon beliau. Kepala rumah sakit sempat menganjurkan untuk mengalihkan kepada dokter lain, namun beliau menolak..."

Pria muda : "Mengapa menolak?"

Perawat : "Dokter Zuki mengatakan bahwa beliau harus menebus kegagalannya menyelamatkan sang isteri tercinta dengan melakukan penyelamatan kepada oramg lain, kebetulan isteri bapak adalah pasien beliau berikutnya...."

Pria muda itu tidak mampu berkata-kata lagi. Sejenak matanya berkaca-kaca. Timbul penyesalan dalam dirinya, karena sempat berkata kasar kepada dokter Zuki.

Sobatku yang budiman....

Kejadian di atas sangat lazim terjadi dalam kehidupan kita. Rasa egois dan mau menang sendiri, di bawah pengaruh emosi, sering kali membuat kita bertindak di luar kewajaran.

Banyak orang senang sekali menghakimi dan menuduh orang lain berbuat salah, tanpa pernah mau tahu apa yang sedang terjadi dengan kehidupan mereka.

Sesungguhnya kita tidak pernah tahu apa yang sedang dipikirkan mereka, tidak tahu jalan hidup mereka dan tidak tahu pasti apa yang sedang mereka alami.

Berpikirlah sebelum berucap. Berpikirlah sebelum bertindak. Sebelum penyesalan itu datang di kemudian hari. Jangan suka menuduh yang tidak-tidak sebelum mengetahui pokok permasalahannya dengan jelas. Jangan pernah menghakimi orang lain tanpa pernah tahu apa yang sedang terjadi.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com