Sariputta | Tinggal Bersama Dunia Tidak Sepatutnya Menjadi Pemilik Dunia Sariputta

Tinggal Bersama Dunia Tidak Sepatutnya Menjadi Pemilik Dunia

Luangpho Inthawai Santussako

👁 1 View
2019-04-26 16:49:32

- Tanggal 25 ini akan ada pembagian selimut dan baju hangat di vihara kita. Setelah itu juga akan ada pemeriksaan mata untuk sejumlah 500 orang. Ada seorang donatur yang mendanainya. Pada saat penyerahannya juga dihadiri oleh Gubernur. Luangpho mengumumkannya agar diketahui secara menyeluruh oleh masyarakat di wilayah ini. Siapa yang memiliki masalah pada bagian mata, dapat mendaftarkan diri untuk diperiksa. Mata merupakan organ tubuh yang penting. Luangta Maha Bua sangat mengutamakannya, setiap kali ada Rumah Sakit yang meminta alat kedokteran sehubungan dengan mata, beliau selalu memberikannya. Beliau mengatakan jika dalam satu keluarga terdiri dari dua kakek nenek, anak, menantu, serta cucu. Seandainya dua kakek nenek mengalami kerabunan hingga menjadi buta, terpaksa anak perempuan harus mengurus rumah serta merawat kedua orang tua dan anaknya. sementara menantu harus pergi mencari uang untuk menanggung kehidupan dari empat orang di rumah juga. Mungkin juga akan sangat keberatan. Seandainya kedua kakek nenek tidak buta, cukup dapat untuk mengurus rumah dan menjaga cucu. Sementara menantu dan anak perempuannya pergi mencari uang untuk menanggung kebutuhan hidup dari tiga orang di rumah juga, tentunya akan lebih ringan. Luangpho juga setuju dengan alasan yang diberikan oleh Luangta. Kesimpulannya adalah jangan sampai menjadi beban. Apabila memang dapat dicegah, lebih baik menjaganya sedari awal.

- Pada tanggal 25 Januari ini juga terdapat acara yang diselenggarakan oleh Universitas Khonkaen. Setiap tahunnya acara ini diselenggarakan guna mencari dana untuk membantu mahasiswa yang kurang mampu agar dapat terus melangsungkan pendidikan hingga selesai. Pimpinan yang memiliki gagasan ini berpendapat bahwa seluruh calon mahasiswa yang lulus dalam ujian masuk Universitas Khonkaen harus dapat belajar di Universitas itu. Karena untuk dapat berhasil lulus saja sudah terhitung memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Mengenai masalah biaya seharusnya tidak sampai menjadi hambatan, karena itu sudah selayaknya pihak Universitas memberikan dukungan terhadap mahasiswa yang kurang mampu. Luangpho juga setuju dengan hal ini, karena itu setiap tahunnya datang menghadiri serta turut memberikan bantuan. Karena kelak mereka-mereka ini merupakan generasi penerus bangsa. Untuk kali ini Luangpho tidak dapat hadir disana, karena bertepatan juga dengan adanya acara di vihara. Namun Luangpho tidak diam begitu saja, bersama dengan Bhikkhu Saṅgha di vihara akan mengirimkan dana kesana lewat Bank senilai 400,000.00 ฿.

- Luangpho mengatakan kepada pihak pengelola Universitas Khonkaen agar jangan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan dunia saja. Perlu mengajarkan Gunadhamma (nilai kebaikan), siladhamma (moralitas), cariyadhamma (etika) juga. Apabila pandai dalam ilmu pengetahuan saja tanpa memiliki sifat yang baik, alhasil ilmu pengetahuan yang dimiliki akan dibawa kearah yang tidak baik. Akan menggunakan ilmu yang telah dipelajari untuk membuat orang lain menderita, merugikan orang lain, atau bahkan mengusik Luangpho yang telah memberikan dukungan. Untuk hal ini, Luangpho tidak mendukungnya. Mempelajari ilmu pengetahuan sama halnya dengan mengasah pisau. Setelah pisau ini tajam, lalu bagaimana akan menggunakannya. Apakah akan menggunakannya untuk memotong kepala orang lain, menyayat orang lain, serta menyakiti orang lain. Ataukah akan menggunakannya untuk suatu manfaat. Karena itu nilai-nilai kebaikan sangatlah penting untuk dibekali dalam diri.

- Tidak peduli beragama apapun, jika orang itu berbuat jahat, maka tergolong sebagai orang jahat. Sesungguhnya semua agama mengajarkan nilai-nilai kebaikan. Hanya saja orang yang menganutnya tidak dapat menjalaninya dengan baik. Luangpho memberikan dana untuk membantu biaya dari mahasiswa yang tidak mampu di Universitas Khonkaen juga tanpa memandang agama. Beragama apapun, dari daerah manapun di Negara Thailand, Luangpho memberikannya secara netral demi mendukung bangsa dan masyarakat. Mempercayakannya kepada yayasan untuk mengelolanya agar dapat menghasilkan manfaat sebaik mungkin.

- Sampai pada saatnya yang tidak bisa ditanggulangi, kita juga harus dapat untuk menerimanya. Misalnya telah mengajarkan anak kearah yang baik, namun bagaimanapun si anak tidak dapat menjadi baik. Semakin diajarkan untuk menjadi baik, malah menjadi semakin rusak. Mungkin ini yang dikatakan oleh orang kalau sudah karmanya. Entah pernah berbuat apa dikehidupan lampau sehingga harus menerimanya. Orang zaman dahulu mengatakan itulah "karmaku". Jika memang sudah tidak dapat diatasi lagi, maka perlu untuk melepaskannya. Sang Buddha mengajarkan agar memiliki kebijaksanaan. Mengajarkan Metta, Karuna, Mudita, serta Upekkha. Pada awalnya memberikan Metta, namun jika tidak dapat berubah, harus dapat menerimanya. Mungkin sudah memang seharusnya demikian. Apabila hanya memberikan Metta terus-menerus, lama-kelamaan bisa menjadi gila. Sama seperti mengasihi terus-menerus hingga berlebihan, akhirnya tidak sanggup menahan pikiran sehingga saraf pada otak pecah. Apabila memang sudah tidak dapat lagi dibimbing, sudah sepatutnya untuk menggunakan Upekkha. Melepaskannya, tidak senang hati juga tidak sakit hati. Pikiran berada dalam keadaan netral. Namun untuk sampai pada tahap ini tidaklah mudah. Akan tetapi perlu untuk berupaya melatihnya. Dengan demikian akan dapat lebih berbahagia, seandainya mengalami penderitaan juga tidak sampai terlalu larut dalam penderitaan.

- Sejak zaman dahulu banyak orang yang berkeinginan untuk menjadi pemilik dunia ini. Namun saat ini kemana perginya orang-orang tersebut. Luangpho sendiri tidak berpikiran untuk menjadi pemilik dunia ini. Sekalipun tubuh jasmani sendiri juga tidaklah mengikuti kehendak. Dihendaki untuk tidak tua, juga menjadi tua. Dihendaki agar tidak sakit, nyatanya juga sakit. Dihendaki agar tidak mati, pada akhirnya juga mati. Tubuh ini memanglah Anatta, bukan aku juga bukan milikku. Tubuh ini tidak menuruti apa yang diperintahkan. Harus merenungkan akan hal ini sering-sering.


Anumodana.
Bhante Piter Gunadhammo

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com