Sariputta | Operator Dari Kilesa Sariputta

Operator Dari Kilesa

Luangpho Inthawai Santussako

👁 1 View
2019-04-26 15:48:30

- Banyak orang mungkin tidak tahu mengenai pekerjaan yang sebenarnya dari seorang Bhikkhu, mungkin akan berpikir bahwa Bhikkhu tidak mengerjakan apa-apa. Sesungguhnya disaat tidak melakukan apa-apa, hanya duduk seorang diri dengan memperhatikan pada diri sendiri, berusaha membuat pikiran tenang, dan tidak membiarkan pikiran berkelana keluar, inilah pekerjaan utama dari seorang Bhikkhu demi manfaat bagi diri sendiri. Jadi, yang namanya bekerja tidaklah harus dengan memegang cangkul, memegang pulpen, dan sebagainya. Mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan manfaat bagi orang banyak juga melakukannya, seperti kegiatan-kegiatan Luangpho yang berhubungan dengan Sasana. Membantu Sekolah, Rumah Sakit, serta Sarana Sosial lainnya. Namun meskipun demikian, pekerjaan diluar hanyalah sebagai pelengkap saja, pekerjaan utama yang sesungguhnya adalah bagaimana caranya membuat pikiran menjadi tenang. Disaat dalam keadaan harus melakukan tugas demi kepentingan orang lain juga melakukannya, namun ketika berada dalam keadaan sendirian adalah waktunya untuk berusaha demi manfaat bagi diri sendiri. Jika terlalu mementingkan pada manfaat orang lain sehingga lupa berusaha demi manfaat bagi diri sendiri, pergi ceramah kesana-sini namun Dhamma demi diri sendiri tidak diupayakan untuk menggalinya, ini dapat dikatakan lalai. Apabila telah mencapai Arahat tidak masalah, karena telah menuntaskan tugas-tugasnya demi diri sendiri, yang dapat dilakukan berikutnya adalah demi manfaat bagi orang banyak.

- Kemarin Luangpho pergi rapat untuk membahas persoalan sehububgan dengan Yayasan untuk menanggung perawatan Bhikkhu Saṅgha yang sakit di Rumah Sakit Pusat Udon Thani. Nama Yayasan yang sebelumnya memakai nama Luangpho untuk sementara sudah dapat diubah dengan nama Luangta Maha Bua. Karena sebelumnya tidak mendapatkan izin dari kedua adik perempuan Luangta, karena keduanya sudah tua sehingga khawatir jika Yayasan membuat jelek nama Luangta dan tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengatasinya, memang tepat alasan yang diberikannya, mereka khawatir nama Luangta akan dijual untuk mencari uang. Karena tidak dapat izin maka tidak dapat memakai nama Luangta pada waktu itu, kalau sampai memakainya bisa masuk penjara jika sampai dituntut ke ranah hukum. Setelah kedua adik perempuan Luangta meninggal dunia, mencoba meminta izin pada keponakan dari Luangta dan langsung diberikan izin sehingga dapat untuk mengganti nama Yayasan dari nama yang sebelumnya. Bagaimanapun Luangpho berpikir bahwa memakai nama Luangta pada Yayasan tersebut adalah yang paling pantas karena Luangta adalah seorang yang paling berpengaruh di Udon Thani. Mengangkat nama baik Luangta Maha Bua, walaupun Luangpho adalah salah satu murid beliau, namun yang namanya murid tidak dapat untuk berada di depan guru, yang ada hanyalah berjalan mengikutinya di belakang, seekor anjing tidak akan menggigit pemiliknya.
- Setelah selesai rapat kemarin Luangpho pergi ke WATPA NAKHUN, Luangpu disana meninggal dunia belum lama ini. Beliau tutup usia pada usia sekitar 80 tahun lebih dan telah melewati 30 Vassa sebagai Bhikkhu. Pada zaman Luangpu Munh masih hidup beliau sempat menjadi Bhikkhu, kemudian meninggalkan keBhikkhuannya dan kembali ditahbiskan lagi ketika berusia tua. Meski ditahbiskan dalam usia tua setidaknya masih lebih baik, banyak orang yang sudah berusia tua tidak memiliki kesempatan untuk ke Vihara.

- Kama Kilesa atau Raga dapat dikatakan sebagai sesuatu yang paling berbahaya, terutama bagi Bhikkhu-Bhikkhu muda. Kalau Kilesa Dosa tidaklah seberapa karena lebih mudah untuk disadari, disaat muncul akan langsung dapat menyadarinya. Kilesa dapat lebih mudah diketahui pada saat kemunculannya karena akan langsung terasa panas di batin. Sifat dari Kilesa dosa ini seperti rasa yang pedas, berbeda dengan Kilesa Raga yang seakan terasa manis. Karena rasanya yang manis, Kilesa Raga atau Kama Raga ini sulit untuk ditinggalkan. Luangpho dapat mengatakan hal ini karena telah melalui masa disaat sebagai seorang Bhikkhu muda. Sesuatu yang harus diwaspadai pada zaman sekarang adalah telepon genggam. Jika tidak menggunakannya dengan benar, akan menjadi sesuatu yang berbahaya bagaikan senjata tajam atau bom waktu yang dapat meledakan diri sendiri kapan saja. Memang benar bahwa penggunaan telepon genggam ada manfaatnya, namun dibaliknya terdapat bahaya atau racun jika tidak dapat memakainya dengan benar. Umpamanya seperti makanan; makanan memiliki manfaat dengan berbagai kandungan gizi seperti vitamin, protein, dan sebagainya di dalamnya; namun mengkonsumsi makanan berlebihan juga dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti diabetes dan lain-lain. Telepon genggam merupakan alat yang dapat merusak seorang Bhikkhu, inilah yang pernah dikatakan oleh Luangta Maha Bua. Apabila telah memiliki dasar yang kuat, dapat menggunakannya untuk menjadi manfaat, jika salah dalam menggunakannya akan menimbulkan kehancuran, yang pertama diri sendirilah yang akan menderita. Apabila dapat meninggalkan penggunaan telepon genggam, artinya telah memotong sebagian akar dari Kama Kilesa. Apabila mengharapkan kemajuan di dalam Dhamma, janganlah berhubungan dengan barang-barang semacam itu. Luangpho mengatakan seperti ini, janganlah langsung dipercayai dan jangan juga langsung ditolak, harus memikirkan dan merenungkan dahulu kebenaran dari apa yang disampaikan. Merenungkan dengan menggunakan dasar hukum sebab dan akibat. Biasanya orang Thailand Timur Laut mudah sekali mempercayai perkataan siapapun. Walaupun Luangpho Thailand Timur Laut, namun mengajarkan untuk berpikir menggunakan Sati Pañña. Seekor kerbau hidup tanpa berpikir, hidup dimanapun juga bisa. Kalau manusia harus hidup dengan menggunakan pikiran sendiri. Jadilah manusia, jangan menjadi seekor kerbau. Sang Buddha pernah menanyakan kepada Bhikkhu Sariputta seusai membabarkan Dhamma, apakah mempercayai Dhamma yang disampaikan, Bhikkhu Sariputta mengatakan belum mempercayainya, kemudian Sang Buddha menanyakan alasannya untuk diketahui juga oleh Bhikkhu Saṅgha disana, Bhikkhu Sariputta mengatakan bahwa beliau belum percaya karena belum membuktikan atau menganalisanya, setelah dapat membuktikan kebenarannya barulah akan mempercayainya. Sang Buddha pun memuji Bhikkhu Sariputta untuk dijadikan teladan pada kesempatan tersebut.


Anumodana.
Bhante Piter Gunadhammo

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com