Sariputta | Miccha Ditthi Adalah Sesuatu Yang Paling Menakutkan Sariputta

Miccha Ditthi Adalah Sesuatu Yang Paling Menakutkan

Luangpho Inthawai Santussako

👁 1 View
2019-04-26 15:45:06

- Banyak dari manusia melekat pada berbagai hal seperti tempat tinggal, cara hidup, harta benda, uang, dan lain-lain, bahkan sampai ada juga yang melekat pada narkotika. Segala sesuatu di dunia telah membuat banyak dari makhluk hidup memiliki kemelekatan. Kecanduan pada Kilesa melebihi kecanduan pada obat-obatan terlarang karena telah membuat banyak dari makhluk hidup melekat dari kehidupan demi kehidupan. Tidak ada zat apapun yang dapat menyebabkan kecanduan melebihi Kilesa. Terutama Kilesa Raga yang paling berbahaya. Satta berarti makhluk hidup yang masih berhubungan dengan Kilesa seperti Raga, Dosa, dan Moha. Baik makhluk di alam Brahma ataupun di alam Deva, semuanya masih disebut dengan Satta karena masih memiliki kemelekatan dan Kilesa. Hanya Arahat yang telah terbebas dari seluruh Kilesa yang tidak lagi dikatakan sebagai Satta, setelah meninggal dunia akan mencapai Nibbana.

- Manusia di dunia hidup dengan berebut makanan, harta benda, kedudukan, pujian, dan lain-lain. Seperti ayam-ayam yang memperebutkan seekor cacing, pada akhirnya tidak ada seekor ayam pun yang mendapatkan tubuh cacing yang utuh karena putus bagian demi bagiannya saat diperebutkan hingga tidak tersisa. Pada akhir hidup manusia pun tidak ada apapun yang terbawa, tulang berulang sisa kremasi tubuh ini pun harus tertinggal di dunia.

- Pangeran Siddharta meninggalkan istana untuk menjalankan pertapaan hingga menjadi Buddha. Kebahagiaan di istana yang beliau tinggalkan tentunya melebihi kebahagiaan orang-orang lainnya. Jika dibandingkan dengan diri kita, apa yang kita miliki di dunia tidaklah lebih dari kotoran pada kuku seekor gajah. Beliau mengorbankan semuanya sementara banyak dari kita yang masih melekat padanya. Seorang Arahat memiliki pandangan yang berbeda dengan Putujhana, beliau tidak lagi melekat pada perolehan, kedudukan, pujian, serta apapun yang ada di dunia. 

- Sebagai siswa Sang Buddha haruslah mengambil Dhamma ajaran Sang Buddha sebagai penuntun jalan hidup. Harus berpegang pada hukum sebab dan akibat yang merupakan dasar kebenaran. Dhamma atau kebenaran inilah yang ditemukan oleh Sang Buddha setelah melaksanakan berbagai percobaan dari praktek pertapaan selama 6 tahun.

- Hal yang menjadi dasar adalah pandangan atau pemikiran, sebab dari Pangeran Siddharta meninggalkan istana untuk mencari jalan mengakhiri penderitaan juga diawali dari pandangan sampai akhirnya beliau dapat menemukannya. 4 Ariya Sacca yaitu Dukkha, Samudaya, Nirodha, dan Magga haruslah dipahami; masih ada lagi 4 Sati Pathana yaitu Kaya, Vedana, Citta, dan Dhamma; ditambah lagi jalan mulia beruas 8 yang terdiri dari Samma Ditthi, Samma Saṅkappo, ...., hingga Samma Samadhi. Keseluruhan dari jalan mulia beruas 8 diawali dari pandangan benar, seperti Pangeran Siddharta yang memiliki pandangan terlebih dahulu sehingga meninggalkan istana lalu mengembangkan Samadhi hingga mencapai keBuddhaan, namun meski demikian kedelapannya haruslah berjalan bersamaan.

- Miccha Ditthi adalah pandangan salah, Sang Buddha mengatakan bahwa tidak ada satupun bahaya yang melebihi dari Miccha Ditthi. Memandang baik sebagai buruk, benar sebagai salah, Dhamma sebagai Adhamma, memandang segala sesuatunya bertentangan dengan kebenaran. Siapapun yang memiliki pandangan salah, setelah kematiannya akan jatuh ke Neraka Lokanta. Neraka Lokanta adalah alam neraka yang diselubungi oleh kegelapan, tidak ada cahaya sedikitpun bagaikan seorang yang buta. Sebelum menjadi Buddha, Pangeran Siddharta juga pernah memiliki pandangan salah, terutama pada saat menjalani pertapaan keras yang tidak bermanfaat. Pada akhirnya beliau menunggalkan praktek bertapa yang tidak bermanfaat tersebut hingga mengingat saat dimana beliau mencapai ketenangan dalam Samadhi ketika masih sebagai Pangeran kecil. Mungkin akan merasa heran mengapa Pangeran Siddharta kecil dapat mencapai ketenangan batin dengan Samadhi. Ini semua karena dukungan Kamma dari kehidupan lampau. Sebelum lahir sebagai Pangeran Siddharta, Bodhisatta telah mengumpulkan Parami dari kehidupan demi kehidupan dalam waktu yang panjang, dalam beberapa kehidupannya juga sering kali menjadi pertapa yang menjalankan pertapaan di dalam hutan, belum lagi juga pernah hidup pada zaman Buddha-Buddha senelumnya dan dapat mendengar Dhamma.

- Kita harus berpikir bahwa sebelum menerima warisan, harta benda yang dimiliki ini pernah menjadi milik orang tua, orang tua pun diwariskan oleh para leluhur secara turun-temurun. Kemudian mereka semua pergi kemana, dan kita pun akan pergi sama seperti mereka lalu mewarisinya untuk anak-cucu selanjutnya. Jika direnungkan, kehidupan ini sungguh membosankan. Namun banyak dari kita masih terkadang merasa bosan dan kemudian ingin kembali, setelah ingin juga bosan kembali. Karena inilah manusia selalu dirundung penderitaan, dibelenggu oleh penderitaan.


Anumodana.
Bhante Piter Gunadhammo

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com