Sariputta | Mengetahui Batin Dan Jasmani Sariputta

Mengetahui Batin Dan Jasmani

Ajahn Chah

👁 1 View
2017-11-17 10:07:09

Buddha ingin kita mempelajari Dhamma untuk mengetahui batin dan jasmani kita sendiri. Setiap pagi di vihara saat membaca paritta, kita melafalkan, "Wujud tidak tetap. Perasaan tidak tetap. Pencerapan tidak tetap. Bentuk pikiran tidak tetap. Kesadaran tidak tetap." Dan kemudian, "Wujud bukan kita atau milik kita," dan seterusnya untuk gugus-gugusan lainnya. Melalui batin dan badan, tiada hal lain selain ketidaktetapan. Tiada satu pun yang merupakan kita atau diri kita. Ada lalu hilang, muncul dan berlalu. Beginilah adanya, kapan pun dan dimana pun.

Sebagian orang akan mendengar kata-kata, "Tidak ada yang menjadi milikku," dan mereka bergagasan bahwa mereka seharusnya membuang semua kepemilikan mereka. Cuma dengan pemahaman dangkal, orang-orang bertengkar mengenai apa maksud akan hal ini dan bagaimana menerapkannya kedalam kehidupan sehari-hari mereka. Namun ini sesuatu untuk direnungi dengan hati-hati. "Ini bukan diriku" tidak berarti Anda sebaiknya mengakhiri kehidupan Anda atau membuang kepemilikan Anda. Ini berarti Anda seharusnya melepaskan kelekatan.

Ada tingkatan realita konvensional dan tingkatan realita mutlak --- kesepakatan dan pembebasan. Di tingkat konvensi, ada Tuan A, Nyonya B, Tuan M, Nyonya N, dan seterusnya. Kita menggunakan istilah kesepakatan ini demi kenyamanan dalam berkomunikasi dan bekerja di dunia. Buddha tidak mengajarkan bahwa kita seharusnya tidak menggunakan hal-hal ini, namun bahwa kita seharusnya tidak melekat pada mereka hal-hal yang nyata dan mutlak. Kita seharusnya menyadari bahwa mereka semuanya kosong belaka.

Jika kita hanya melihat secara dangkal; segala sesuatu akan tampak nyata semuanya itu 'milikku'. Namun jika kita menyelidiki lebih dalam dan secara seksama ke dalam intinya, mereka hanya sekadar begitu saja; sekadar badan, sekadar batin, sekadar kebahagiaan, sekedar penderitaan. Cuma itu saja. Pada akhirnya, jika kita tidak memahami segala sesuatu mengenai hal ini, mereka beracun, seperti seekor ular beracun yang dapat membunuh kita dan yang kita memegangnya atau tidak sengaja kita menginjaknya, karena kita tidak tahu itu apa.

Jika batin tidak sadar akan nafsu dan kekotoran batinnya, kita pasti menderita. Batin bisa membawa kita ke dalam banyak kebingungan dan perselisihan. Ketika tubuh mengalami alur perubahannya yang alami, seperti mengalami ketuaan dan sakit kita menangis dan meratap karenanya, inilah ular beracun sebenarnya dari jasmani dan batin.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com