Sariputta | Mendirikan Pondasi Hidup Baru Sariputta

Mendirikan Pondasi Hidup Baru

Luangpho Inthawai Santussako

👁 1 View
2019-04-26 15:35:04

- Saat berkumpul bersama keluarga pada Hari Raya Songkran sebaiknya juga bersama-sama pergi ke Vihara untuk berbuat kebajikan, mengajak orangtua untuk berbuat kebajikan serta melakukan pelimpahan jasa untuk para leluhur. Terkadang pada saat berkumpul bersama dalam keluarga, terdapat sanak keluarga yang telah meninggal dunia juga hadir disana, mungkin juga akan ada anggota keluarga yang melihatnya dalam mimpi, karena itu perlu untuk melimpahkan jasa kebajikan sebagai makanan batin juga untuk mereka. Melakukan sesuatu untuk dipersembahkan sebagai bentuk balas budi kepada sanak keluarga yang telah meninggal dengan cara yang diajarkan dalam Buddha Sasana, karena para leluhur kita juga telah memiliki keyakinan terhadap Buddha Sasana dalam waktu yang lama.

- Pada Tahun Baru Thailand ini agar kita menentukan tujuan hidup, di masa depan akan menjadi seperti apa, hal ini haruslah dirancang sejak awal. Setelah memperoleh penghasilan dari menjalankan usaha haruslah dapat menyimpannya. Menyisihkan sebagian setiap kalinya, setelah beberapa waktu juga akan mencapai jumlah yang cukup banyak, dari jumlah tersebut kemudian dapat digunakan untuk modal usaha dan lain sebagainya. Apabila tidak menyimpannya, memiliki berapapun akan menggunakan semuanya atau bahkan menggunakan uang terlebih dahulu sebelum gaji keluar, alhasil memiliki utang dimana-mana. Apabila tidak memiliki simpanan untuk masa depan diri sendiri, bagaimana cara mengatasi sesuatu yang mungkin dapat terjadi di masa depan seperti misalnya diri sendiri menderita sakit, orang tua sakit, istri, atau anak sakit, ataupun jika ada keperluan mendadak lainnya. Disaat harus pergi kesana-kemari untuk mencari pinjaman, saat itulah mempermalukan diri sendiri, mengapa sejak dahulu tidak menyimpan uang atau harta benda. Sebanyak apapun uang yang ada akan dapat habis jika memang ingin menghabiskannya. Perlu untuk berpegang pada 'Perekonomian Secukupnya', menggunakan uang sesuai dengan status, kepantasan, serta kebutuhan dari diri sendiri, haruslah mengetahui siapa diri sendiri dan juga status yang dimiliki, dengan status seperti ini juga penghasilan sejumlah ini haruslah mengelolanya dengan cara seperti apa. Makanan untuk gajah, makanan untuk kuda, juga makanan untuk semut masing-masing tidaklah sama.

- Orang yang bodoh dan malas tidak dapat untuk mencari harta. Sedangkan orang yang memiliki Pañña dan rajin akan dapat mencari harta benda, uang, atau kekayaan. Apabila memiliki Pañña namun malas untuk berusaha, maka hartapun tidak dapat diperoleh. Jika rajin tetapi tidak memiliki Pañña, setelah mengerjakan sesuatu juga tidak tahu bagaimana caranya untuk mengubahnya menjadi uang, alhasil juga tidaklah memperoleh penghasilan. Sesungguhnya kesuksesan dalam menjalankan pencaharian di dunia hanya bergantung pada dua hal ini, yaitu memiliki Pañña dan rajin. Sekarang lihatlah pada diri sendiri, diri sendiri masuk dalam kategori yang mana.
- Ketika masa tua tiba nanti akan sengsara jika tidak memiliki simpanan. Jika memiliki simpanan untuk di hari tua nanti, maka simpanan itu dapat digunakan menghidupi diri sendiri disaat sudah tidak memiliki tenaga lagi berbuat apa-apa. Seperti misalnya ketika masih muda membangun rumah untuk diri sendiri, kemudian rajin dalam bekerja dan dapat menyimpannya, tentunya di hari tua akan ada anak-cucu atau orang yang merawat dikarenakan memiliki uang untuk diberikan. Namun jika semasa muda hanya membuang-buang waktu untuk bersenang-senang, berpergian entah kemana, atau bahkan gemar minum minuman keras; alhasil ketika tua nanti tidak ada seorangpun yang akan memberikan perhatian; semua ini karena diri sendiri tidak memikirkan masa depan diri sendiri. Karena itu diri sendiri haruslah merancang masa depan untuk diri sendiri, jika bukan diri sendiri yang merancangnya lantas siapakah yang akan merancangnya untuk diri sendiri. Seperti dalam ungkapan Sang Buddha yang berbunyi "Attahi attani natho," sesungguhnya diri sendiri adalah pelindung bagi diri sendiri, "Ko hi natho parosiyya," diluar dari diri sendiri siapalah yang dapat menjadi pelindung untuk diri sendiri.

- Luangpho seringkali menekankan mengenai salah satu ajaran dari Sang Buddha yang dalam Bahasa Pali berbunyi "Dukkhassa sanantaraṁ sukkhaṁ," pada waktu masih muda bekerja keras, ini bukanlah suatu hal yang menyenangkan namun akan memperoleh kebahagiaan pada penghujung hidup nanti. "Sukkhassa sanantaraṁ sukkhaṁ," sewaktu masih muda tidak tertarik untuk berusaha, yang ada hanyalah bermalasan dan bersenang-senang memngikuti keinginan hati, alhasil akan sengsara disaat tua nanti. Diantara dua ini, menurut Luangpho menderita karena harua bekerja keras di masa muda kemudian berbahagia di hari tua lebih baik, karena sewaktu muda masih memiliki banyak tenaga. Namun jika sewaktu muda menggunakan hidup dengan menuruti kepuasan, berpikiran agar hidup ini tidak berakhir sia-sia sehingga melewatinya untuk mendapatkan kepuasan dari keinginan sebanyak mungkin, alhasil ketika tua nanti hanya akan hidup dalam kesengsaraan, semasa muda tidak rajin mengumpulkan harta benda, tubuh yang sudah lemah karena usia tua juga tidak dapat berbuat apa-apa.

- Pada hari awal Tahun baru Thailand besok dirikanlah pondasi yang baru untuk berada pada jalan kebajikan. Jika sebelumnya seringkali harus roboh, kali ini harus berusaha agar jangan sampai roboh lagi, harus membangunnya dengan lebih kuat. Menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan agar berada pada jalur yang baik. Saat berpikir memiliki Sati, saat akan mengucapkan sesuatu memiliki Sati, saat akan melakukan apapun juga agar memiliki Sati. Pengertian sederhananya adalah agar memiliki kesadaran pada diri sendiri setiap akan melakukan apapun; pikiran yang baik, pikiran buruk, ucapan baik, ucapan buruk, perbuatan baik, perbuatan buru, benar, atau salah; jika memiliki kesadaran atau Sati akan dapat untuk membedakannya. Memiliki kesadaran seperti halnya memiliki kontrol, apabila tidak memiliki kesadaran akan seperti orang yang mabuk minuman keras ataupun narkotika, untuk berpikir, berbuat, ataupun berucap juga tidak memiliki kesadaran.

- Selain makanan untuk tubuh jasmani, makanan untuk batin juga perlu dipenuhi. Makanan untuk tubuh jasmani adalah makanan yang kita konsumsi setiap harinya. Berbeda dengan makanan untuk batin, makanan batin adalah jasa kebajikan. Lakukanlah kebajikan agar memperoleh Kamma baik, menjaga Sila, lebih dari itu juga melaksanakan praktek Bhavana untuk mencapai ketenangan batin. Jika dapat membuat batin menjadi tenang, hening, atau tidak muncul bentuk-bentuk pikiran apapun; maka batin akan memiliki tenaga. Untuk meningkatkan tenaga pada tubuh haruslah mengeluarkan tenaga dengan berolah raga, untuk membuat batin memiliki tenaga justru kebalikannya. Untuk membuat batin memiliki tenaga haruslah dengan membuatnya tenang, hening, terpusat, tidak muncul bentuk-bentuk pikiran apapun, atau mengistirahatkan pikiran. Setelah pikiran memiliki tenaga karena telah berada dalam ketenangan, barulah kemudian melakukan perenungan Vipassana. Pikiran yang memiliki tenaga akan dapat digunakan untuk melakukan apapun, umpamanya seperti perut yang sudah kenyang, jika perut sudah kenyang akan dapat mengerjakan apapun atau pergi kemanapun, perut yang dalam keadaan lapar akan sulit untuk melakukan apapun. Biar bagaimanapun dapat membuat pikiran mencapai ketenangan terlebih dahulu sudahlah cukup baik, dengan demikian akan merasakan kebahagiaan yang mendalam. Apabila pikiran terbebani oleh bentuk-bentuk pikiran terus-menerus, hasilnya batin akan kehabisan tenaga sehingga dapat menjadi gila. Tidak tahu entah sebanyak apa bentuk-bentuk pikiran yang muncul dalam pikiran orang gila sehingga membuatnya tidak sanggup untuk menahannya. Karena itu, membuat batin memiliki tenaga dengan mengembangkan Samadhi juga merupakan hal yang penting.


Anumodana.
Bhante Piter Gunadhammo

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com