Sariputta | Mencari Hukum Sebab Akibat Untuk Batin Sariputta

Mencari Hukum Sebab Akibat Untuk Batin

Luangpho Inthawai Santussako

👁 1 View
2019-04-26 15:31:24

- Luangpho pergi dari Vihara sejak tanggal 14 lalu, pergi ke acara kremasi dari salah seorang umat yang sudah sejak dulu membantu Khruba Acarn. Umat ini merupakan murid dari beberapa Khruba Acarn mulai dari Luangpu Thet, Luangpu Khao, Luangpu Fan, Luangpu Bua, Luangta Maha Bua, dan lain-lain. Pada saat menjelang masuknya masa Vassa dia selalu mengirimkan sejumlah besar beras ke Vihara-Vihara Khruba Acarn, ke Vihara kita juga mengirimkannya setiap tahun. Selain itu juga memiliki jasa dalam pembangunan Chedi dari beberapa Khruba Acarn, umat ini terhitung sebagai orang yang berjasa dalam mengembangkan Buddha Sasana serta memiliki hati yang luas.

- Pada tanggal 15 setelah makan Luangpho langsung menuju ke Provinsi Nakhon Ratchasima untuk hadir di acara peresmian Chedi Luangta Maha Bua yang dibangun di Vihara Luangpho Sobha. Keesokan harinya langsung menuju ke Provinsi Roi Et, menghadiri acara yang diselenggarakan setelah penyelesaian renovasi Chedi Luangta Maha Bua disana. Malam itu Luangpho membabarkan Dhamma dengan menceritakan mengenai jalan cerita dari pembangunan Chedi Luangta Maha Bua karena Luangpho berada dalam lokasi saat itu, menyampaikannya sebagai pelajaran dan untuk diketahui oleh anak-cucu generasi yang lahir belakangan karena jika tidak menyampaikannya mungkin juga tidak akan ada yang menyampaikannya. Keesokan paginya juga Pindapatta disana, rasanya saudara-saudari di Provinsi Roi Et menunjukan antusias karena banyak sekali umat yang datang. Setelah hari mulai siang Luangpu Ben datang sebagai pimpinan acara. Beliau juga membabarkan Dhamma untuk Bhikkhu, Samanera, serta Upasaka dan Upasika dalam kesempatan tersebut. Setelah itu barulah pulang menuju Vihara, sampai di Vihara sekitar pukul 20.00.

- Mengenai Patipada atau praktek Dhamma merupakan hal yang terpenting bagi diri kita masing-masing. Bagaimana usaha yang dilakukan untuk mencari kebenaran akan hukum sebab akibat dengan selalu memiliki Sati pada setiap posisi tubuh. Baik berjalan, berdiri, duduk, ataupun berbaring merupakan bentuk Bhavana jika disertai dengan Sati pada diri sendiri, terkecuali apabila terlelap. Dalam melaksanakan Patipada juga tidaklah selalu harus didahului dengan banyak mempelajari ini dan itu, hal yang terpenting adalah mencaritahu akar atau sumber dari semuanya, meditasi untuk mencari tahu akar persoalan yang sesungguhnya seperti yang telah dilakukan oleh pertapa Gotama pada malam bulan purnama di bawah pohon Bodhi. Pada saat matahari belum terbenam beliau duduk bersamadhi dengan mengamati pada nafas masuk dan nafas keluar, hingga akhirnya batin beliau mencapai ketenangan serta berhasil mencapai keBuddhaan. Bagian inilah yang sesungguhnya harus didalami. Perlu mempelajari pada bagian awal mulanya dari Buddha Sasana. Jika mempelajari pada bagian ujungnya akan membuat bertambah bingung, seperti daun-daun pohon yang sangat banyak. Terlalu banyak belajar juga malah akan menjadi suatu hambatan, karena itu hal yang terpenting adalah melaksanakan prakteknya. Akan berbeda jika menuju langsung kepada akar dari pohon, dengan demikian akan menemukan sumber awal darinya. Hasil hanya dapat diperoleh dengan melakukan prakteknya.

- Apabila memiliki pikiran yang kacau dengan memikirkan ini dan itu terus-menerus, alhasil dapat berakibat menjadi orang gila. Kita sudah berpikir entah berapa banyak sebelumnya, saat ini apa yang didapat dari pemikiran tersebut, pada saat akan melakukan Patipada berusahalah untuk berhenti berpikir. Memperhatikan pada obyek meditasi yang diambil agar dapat mencapai ketenangan. Setelah mencapai ketenangan barulah akan merasakan manfaat dari Buddha Sasana, manfaat dari Dhamma ajaran Sang Buddha, serta ajaran dari Khruba Acarn. Pikiran yang tenang akan menghasilkan daya pada pikiran itu sendiri, dengan demikian dapat digunakan dalam merenungkan apapun dan dapat memahami akan kebenarannya berdasarkan hukum sebab akibat.

- Pada acara peresmian Chedi di Provinsi Nakhon Ratchasima banyak Maechi dan Bhikkhu yang baru ditahbiskan untuk selama perayaan tersebut. Maechi yang ditahbiskan berjumlah 1.000 orang sementara Bhikkhu berjumlah 400-500 orang. Walaupun hanya ditahbiskan dalam waktu sementara, rasanya merupakan suatu hal yang sangat baik. Terutama bagi Maechi, sebagai perempuan yang rela digunduli, ini merupakan suatu bentuk pengorbanan yang luar biasa serta layak diberikan ucapan anumodana.

- Pada acara di Provinsi Roi Et kemarin Luangpu Ben mengatakan kalau dalam Bhavana dapat dilakukan dengan cara bagaimanapun asalkan memiliki Sati, tidaklah dilarang untuk menyapu, saat menyapu juga dapat sambil Bhavana dengan selalu mengingat kata 'Buddho' dalam hati. Beliau pernah melihat suatu Vihara yang kurang dijaga kebersihannya, kemudian beliau mengatakan kalau Vihara tersebut bala dengan dipenuhi oleh dedaunan yang rontok serta para Bhikkhu yang tinggal juga tidak menyapu untuk membersihkannya, selain Bhikkhu-Bhikkhu yang tinggal di Vihara itu malas untuk Bhavana juga malas untuk mengerjakan tugas. Luangpho ingin menyampaikan kepada Bhikkhu dan Samanera murid-murid Luangpho untuk selalu mengingat bahwa ditahbiskan dalam Buddha Sasana ini demi tujuan apa. Ditahbiskan bukanlah untuk main-main, jalan-jalan, atau berbuat hal-hal yang tidak bermanfaat. Ditahbiskan adalah untuk membersihkan pikiran agar terbebas dari Asava Kilesa sehingga tidak kembali untuk terlahir lagi dalam Vatta Saṁsara, berpikirlah demikian.


Anumodana.
Bhante Piter Gunadhammo

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com