Sariputta | Menaklukkan Diri Sendiri Sariputta

Menaklukkan Diri Sendiri

Bhikkhu Sri Pannavaro Dayaka Mahathera

👁 1 View
2017-09-12 22:28:02

Dalam salah satu Dhammapada dikatakan, kalau ada orang yang bisa mengalahkan seribu musuh setiap hari, ia belum dapat dikatakan sebagai pahlawan besar, tapi bila seseorang yang bisa mengalahkan dirinya sendiri, barulah ia bisa disebut sebagai seorang pahlawan yang besar.

Mengapa kita mempunyai enam indria ( Kulit/ tubuh, mata, telinga, hidung, mulut dan pikiran kita ) yang membuat kita bisa kontak dengan dunia luar sehingga kita mempunyai nafsu keinginan yang ingin terus kita puaskan sampai timbullah kemelekatan, dan kemelekatan inilah yang memperpanjang proses kehidupan kita setelah kematian?

Ini disebabkan karena ada jasmani dan batin, sehingga keenam indria kita bisa kontak dengan sasarannya masing-masing; seandainya hanya ada jasmani tidak ada batin, tidak mungkin bisa terjadi kontak. Dan mengapa sampai ada jasmani dan batin? Jasmani dan batin ini muncul karena karma-karma kita yang lampau. Apa sebabnya kita membuat karma-karma yang tidak karuan, apa sebab kita melekat? Kalau kita telusuri lebih jauh? Akhirnya Sang Buddha menemukan jawabannya yaitu: KEBODOHAN !

Maka dengan kewaspadaan akan menghantarkan kita pada kebebasan, alangkah bahagianya orang yang tidak terikat, mereka yang sudah merdeka, bebas, seperti layaknya orang yang sudah bangun di antara mereka yang masih terbuai mimpi keduniawian.

Sering kali uraian seperti diatas ini diterjemahkan secara salah, ada yang mengatakan bahwa, apabila sudah belajar agama orang akan menjadi malas, segan mencari mata-pencaharian, segan bersaing. Kalau saudara setelah membaca uraian ini bersikap seperti itu, Saudara telah salah menterjemahkan uraian tersebut. Jangan terikat, jangan melekat, tidak sama dengan jangan bekerja, jangan berusaha, Jangan terikat, jangan melekat, tidak sama dengan harap Saudara menganggur saja. Mari kita bekerja dengan giat, apakah kita sebagai kepala rumah tangga, ibu rumah tangga, pelajar, karyawan, wirasawatawan, selesaikan tugas kita dengan sebaik-baiknya. Mari kita membuat rumah tangga kita lebih baik, lebih makmur, mari kita buat negara ini lebih maju.

Carilah sebanyak-banyaknya, carilah dengan mata pencaharian yang baik dan benar, berusaha bagaimana produksi ini lebih banyak lagi. Tapi yang menjadi persoalan jangan terikat pada semua itu. Kalau Saudara terikat, pada saat mengalami perubahan, Saudara akan menjadi orang yang paling sengsara. Kerjakanlah semua itu dengan penuh bijaksana.

Kita siap maju, kita siap makmur, Saudara tidak dilarang untuk mencari uang sebanyak-banyaknya dengan cara yang baik dan benar, tetapi jangan terikat, jangan melekat pada apa yang Saudara dapatkan. Kalau misalnya suatu saat family; kenalan Saudara sakit, membutuhkan.....Saudara harus rela melepaskan itu.....bantulah mereka sedapat mungkin.

Kita siap menjadi pemimpin, pengurus, ketua, direktur, manager, tetapi jangan berkeinginan untuk terus selamanya memegang; suatu saat Saudara harus siap melepaskannya. Mari kita berjuang, selama kita masih sehat dan kuat, sesuai dengan bidang kita masing-masing. Berjuang mati-matian, hidup hemat, tidak berfoya-foya, belajar Dhamma, membuat kehidupan ini lebih tinggi dan lebih berarti, dan jangan lupa mempersiapkan diri untuk melepas setiap saat.

Sebagai umat Buddha kita harus menonjol, bukan menonjol dalam hal kekayaan tapi menonjol dalam berbuat kebaikan dan melepaskan. Karena pada hakekatnya segala sesuatu termasuk badan jasmani ini sesungguhnya bukan milik kita, suatu saat nanti kita harus melepaskannya untuk selama-lamanya. Inilah rahasia kehidupan kita.

Tidak ada alasan untuk memperbesar keserakahan. Kita bekerja mati-matian, mengumpulkan sebanyak-banyaknya dengan cara yang benar, bukan berarti kita serakah, selama apa yang dapatkan itu rela kita lepaskan untuk kepentingan orang banyak. Dan itulah salah satu cara untuk menaklukkan diri sendiri, kalau Saudara dapat menaklukkan diri sendiri, maka Saudara adalah seorang pahlawan yang besar. Pandanglah kehidupan ini sebagaimana adanya, sewajarnya, dalam proposi yang sebenarnya.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com