Sariputta | Memberikan Berkah Yaitu Mengingatkan Agar Berhati-hati Sariputta

Memberikan Berkah Yaitu Mengingatkan Agar Berhati-hati

Luangpho Inthawai Santussako

👁 1 View
2019-04-26 15:37:40

- Saat ini tidak ada apapun, hanya tinggal acara hari kelahiran Luangpho yang akan datang, kiranya akan banyak orang yang datang, karena itu agar masing-masing membantu persiapannya. Kita semua yang tinggal disini terhitung sebagai tuan rumah haruslah menjamu para tamu yang datang. Siapapun yang telah menerima tugas harus menlaksanakan tugasnya sebaik mungkin. Jika memang tidak mampu untuk melaksanakannya juga harus mengatakan untuk menolaknya, bukan hanya terus menerima tugas yang diberikan namun melaksanakannya dengan tidak serius, yang karakter seperti ini bukanlah murid Luangpho Int. Kalau murid Luangpho Int haruslah memiliki kesungguhan, melaksanakan tugas yang telah diterima dengan sebaik mungkin, tidak membuat masalah, serta memiliki ketelitian. Seandainya tidak sanggup juga mengatakan kalau tidak sanggup, Luangpho sendiri juga tidak selalu menyanggupi semua yang ditugaskan kawan-kawan para Bhikkhu, seringkali menolak karena kurangnya keahlian dalam bidang-bidang tertentu. Untuk sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan umum dan yakin jika dapat melakukannya, Luangpho pun akan menerimanya. Seperti misalnya Chedi Luangta, bayangkan betapa besarnya perjuangan yang harus dilalui demi terselesaikannya Chedi Luangta, namun Luangpho menerimanya karena merupakan tugas untuk membalas jasa dari Luangta. Luangta selalu mengusahakan demi kepentingan orang banyak, saat ini Luangpho yang sebagai anak juga membantu agar pembangunan Chedi Luangta terselesaikan demi Buddha Sasana. Luangpho seperti salah satu orang tua yang bekerja untuk pembangunan Chedi, hanya saja bukan pekerja bangunan yang mengaduk pasir dan semen, hanya sebagai salah seorang yang memperjuangkan pembangunan Chedi agar dapat terselesaikan dengan sebaik mungkin. Karena itu kemanapun Luangpho pergi akan selalu menyampaikannya. Saat pergi sejak tanggal 5 lalu juga menyampaikannya pada setiap tempat yang dikunjungi, mulai dari di Bangkok hingga di Vihara dari Kepala Provinsi Surin. Menyampaikan pembangunan Chedi Luangta merupakan tugas dari Luangpho dalam status seperti saat ini, entah yang mendengarnya akan mengulurkan bantuan ataupun tidak itu terserah pada masing-masing, yang terpenting Luangpho telah menyampaikannya, jangan sampai baru menyesalkannya setelah pembangunan Chedi selesai dengan mengatakan mengapa tidak ada yang mengabarkan mengenai pembangunan Chedi Luangta sama sekali.

- Dalam waktu dekat ini akan tiba Hari Raya Songkran. Luangpho juga ingin memberikan himbauan kepada anak-cucu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti tahun-tahun sebelumnya yang telah seringkali terdengar, bagi para orangtua juga hendaknya menasehati anak-anaknya. Beritahu agar dapat berpikir akan masa depan juga. Jangan karena berpegang pada demokrasi lantas dapat melakukan apapun sesuai dengan keinginan hati, tidak melakukan perbuatan yang membuat orang lain dan diri sendiri menderita itulah demokrasi yang sesungguhnya.

- Hari Raya Songkran merupakan budaya yang baik dengan mengunjungi orang tua serta menyiram tangan orang tua. Namun seringkali harus berbalik menghasilkan hal-hal yang tidak baik karena kurangnya kebijaksanaan. Tidakkah mampu berpikir untuk membedakan mana yang baik dan tidak baik serta apa yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan, apakah ilmu yang telah dipelajari sampai dengan lulus kelas 4 SD, SMP, SMA, Diploma, atau S1 hingga S3 tidaklah cukup untuk dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik. Luangpho tidak mengharuskan siapapun untuk mengikuti apa yang Luangpho sampaikan, hanya sekadar menyampaikannya saja untuk dipikirkan benar atau tidaknya. Akibat dari kecelakaan ada yang menjadi cacat, patah kaki, patah tangan, pecah kepala, dan sebagainya. Bayangkan betapa terbebaninya untuk merawat orang yang cacat. Belum lagi ada yang masuk penjara karena melakukan kejahatan, berapa juta Baht uang negara yang harus dikeluarkan untuk biaya menanggung para terpidana, jika dana tersebut dialihkan untuk pembangunan infrastruktur yang lain tentunya akan sangat bermanfaat, namun karena ada orang yang tinggal di dalam penjara bagaimanapun haruslah memberikan kepedulian.

- Teguran memanglah hal yang sulit untuk diterima. Namun jika diri sendiri memang sungguh melakukan kesalahan bagaimanapun haruslah mendapat teguran. Seperti teguran yang diberikan oleh hakim atau jaksa di pengadilan, bahkan jika terlalu berat kesalahan yang dilakukan dapat sampai pada penetapan hukuman mati, ini semua adalah karena diri sendiri. Apabila seseorang tidak bersalah tentunya tidak akan masuk penjara. Jika semua orang adalah orang yang baik dengan memiliki perbuatan, ucapan, serta pikiran yang baik tentunya tidak ada penjara. Betapa bahagianya tinggal di dunia yang masing-masing orangnya tidak melakukan kejahatan, yang ada hanyalah Metta dan saling tolong-menolong. Karena itu, sebelum melakukan apapun haruslah memikirkannya terlebih dahulu, berpikir dengan baik dahulu barulah mengucapkan ataupun melakukannya.

- Apabila telah pecah, ditambal seperti apapun tetaplah tidak akan tampak seperti semula, tetap akan meninggalkan bekas ataupun permukaan yang tidak rapat. Demikian juga dalam keluarga, hubungan apapun baik suami-istri, kakak-beradik, hingga hubungan dalam suatu organisasi; jika telah terjadi perpecahan, meskipun dapat memperbaikinya kembali tetaplah tidak akan menjadi seperti semula. Seperti panci yang bocor, ditambal seperti apapun tidak akan kembali seperti sediakala.

- Jadilah orang yang baik dengan pikiran, ucapan, dan perbuatan yang baik. Minimal dari diri sendiri terlebih dahulu, setidaknya dengan demikian akan ada satu orang baik. Dari 100 orang terdapat 1 orang baik masih lebih baik daripada tidak adanya orang baik sama sekali diantara 100 orang.

- Sebagai seorang Bhikkhu, Luangpho dapat memberikan Sila dan berkah. Salah satu caranya adalah dengan memberikan wejangan. Karena sebagai seorang Bhikkhu tidaklah menjalankan usaha apapun untuk mencari penghasilan, penghasilan seorang Bhikkhu didapat atas Saddha dari umat yang memberikan dana pada saat pergi Pindapatta mengumpulkan dana makanan. Pada zaman Sang Buddha juga Bhikkhu diharuskan untuk memberikan berkah atau Anumodana dana yang diberikan oleh umat perumahtangga. Sebelumnya para Bhikkhu tidak menyampaikan apapun, setelah selesai menerima undangan lantas pergi begitu saja. Sementara para pertapa dari aliran lain di zaman itu akan memberikan berkah dengan cara tertentu seperti misalnya memberikan Piya Vaca (kata-kata yang bermanfaat) ataupun petunjuk, "Berhati-hatilah disana ada lubang, berbahaya, ada orang jahat dan sebagainya. Jangan pergi kesana karena berbahaya." Maksudnya haruslah berhati-hati dengan kejahatan, apabila melakukan kejahatan akan mendapatkan penderitaan, lebih kurang demikian. Atau mengatakan "Disana terdapat harta karun, pergilah kesana untuk mengambilnya." Ini berarti menganjurkan untuk melakukan kebajikan. Karena hal ini, banyak orang di zaman Sang Buddha mencela dengan mengatakan "Mengapa Bhikkhu Sakya Putta tidak memberikan berkah apapun setelah menerima persembahan." Setelah Sang Buddha mengetahui hal ini, kemudian menetapkan peraturan Vinaya agar setiap Bhikkhu memberikan pemberkahan atau Anumodana setelah menerima persembahan. Oleh karena itu, saat ini para Bhikkhu akan memberikan Anumodana seperti yang disampaikan dalam Bahasa Pali, "Yatha vari va ....," yang lebih kurang berarti mendoakan semoga beruntung, memiliki kebahagiaan dari keuntungan, kedudukan, serta pujian, bagaikan terangnya sinar rembulan pada saat purnama. Luangpho juga memberikan Sila dan berkah ini mengikuti ajaran dari Sang Buddha.


Anumodana.
Bhante Piter Gunadhammo

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com