Sariputta | Kekotoran Batin yang Halus Sariputta

Kekotoran Batin yang Halus

Bhikkhu Sri Pannavaro Dayaka Mahathera

👁 1 View
2017-09-19 19:05:02

Diantara kita kadang-kadang ada yang berdana dengan berpikiran, “Wah, saya akan berdana bagian yang paling atas supaya usaha saya naik menuju yang paling atas; saya akan berdana fondasi supaya hidup saya menjadi kuat.” Saudara, cobalah perhati kan, kalau Saudara berdana—karena di alam semesta ini ada hukum karma yang ti dak bisa dipungkiri oleh siapapun, maka dana anda itu pasti berbuah. Yang menjadi pertanyaan saya, kalau sudah pasti berbuah mengapa Saudara risau? Sebab, kalau sesuatu yang sudah pasti lalu Saudara risaukan—tau ya, risau ya? Sesuatu itu sudah pasti . Pasti , karena hukum karma itu pasti . Tetapi saudara masih risau, mengharap ini mengharap itu, dengan berdana kepingin ini kepingin itu. Apa namanya? Sesuatu yang sudah pasti tapi Saudara risaukan. Ada mendung ti dak ada mendung, besok pagi matahari pasti terbit di sebelah timur. Tetapi Saudara risau, “Terbit tenan opo ora?” Kalau sesuatu yang sudah pasti tapi Saudara risaukan, apa namanya? Saudara bodoh dan kebodohan itu adalah kotoran batin. Jadi kalau Saudara berbuat kebajikan, berdana, menolong, membantu, ringan tangan; Saudara mengharapkan manfaatnya, mengangan-angankan manfaatnya; Saudara risau. Kerisauan Saudara itu kotoran bati n dan Sang Buddha menunjukkan - Aku mengajarkan engkau untuk berdana, untuk membersihkan kekotoran batin, itulah Dhamma.

Oleh karena itu, cobalah berdana, membantu dengan pikiran, dengan tenaga, dengan pendapat-pendapat yang baik, dengan dorongan semangat, dengan materi, dengan uang; tidak usah risau apa manfaatnya nanti . Mengapa tidak usah risau? Karena manfaatnya pasti . Alangkah bodohnya orang yang merisaukan sesuatu yang pasti , justru kerisauan itu menambah kotoran batin. Kalau Saudara memberi, memberi, memberi, berdana, berdana, berdana, berbuat baik, berbuat baik, berbuat baik, tulus: itulah kebaikan untuk Sacitt apariyodapadam, untuk kebersihan pikiran; untuk Adhicitt e ca āyogo, untuk perjuangan meluhurkan pikiran kita.

Apalagi kalau saya berbicara yang lebih kontras, semisal, “Saya ini sudah berdana sana banyak, tapi kalau saya datang ke vihara, Bhante Pannya kok tidak menyapa?” Aduh alangkah rendahnya, lebih rendah daripada orang yang risau. Orang ini bukan hanya risau tapi kebingungan. Dia sangat bingung kalau matahari besok tidak terbit, alangkah rendahnya dia berpikir. Masih mending kalau Saudara menyumbang Vihara Bodhivamsa, Wisma Dhammaguna, karena panitia sregep tulis surat untuk mengucapkan terima kasih dan memprovokasi untuk berbuat baik lagi—masih mending, karena kalau Anda berdana untuk Vihara Mendut, saya malas untuk tulis surat.

Janganlah Saudara menjadi orang yang kebingungan, yang risau dengan sesuatu yang pasti . Kalau Anda mengendalikan diri, kalau Anda menjalankan sila kalau anda kusalasa upasampada - menambah kebajikan, sudah pasti ayurarogya sampatti , Saudara akan memetik Dhamma sekarang. Sudah pasti setelah kematian Anda akan dilahirkan di alam-alam yang lebih kondusif, samparayika payojana dhamma, manfaat Dhamma untuk kehidupan yang akan datang; dan kalau Saudara tidak risau, Saudara memberi.. memberi.. memberi.. dengan ketulusan, tidak risau karena Saudara tidak meragukan hukum karma sedikit pun, maka Saudara berhasil membersihkan pikiran Saudara dari kotoran batin, itulah nirodha sampatti , manfaat Dhamma yang tertinggi.

Orang seperti ini tidak akan stress, dia gembira, dia bahagia, dia siap memberi apapun. Apa pun dia ingin memberikannya, orang ini tidak mengharapkan pujian, orang ini tidak mengharapkan terima kasih; justru dia ingin memberikan pujian, dia ingin memberikan terima kasih. Oleh karena itu, saya wanti -wanti, Bodhivamsa dan Dhammaguna ini dalam pembangunan, berusahalah untuk membuang kotoran batin, jangan peng-kerengan, saling ngotot kemudian menonjolkan ke-aku-an siapa paling berjasa, dan sebagainya; supaya tidak hanya bangunan fisiknya yang jadi, mereka yang terlibat di dalam pembangunan Dhammaguna Bodhivamsa ini spiritualnya— batinnya—juga maju. Jangan karena viharanya, pengurusnya lalu antem-anteman; dan mereka semua rupa-rupanya mampu. Rupa-rupanya Bodhivamsa mampu—mampu untuk membangun tanpa kemarahan, tanpa ketegangan, tanpa peng-kerengan.

Tetapi, kalau umat di sini, pengurus di sini mampu membangun dengan kerukunan tanpa ke-aku-an, tanpa kemarahan, tanpa peng-kerengan, lalu itu dijadikan kebanggaan, itu juga kotoran batin yang baru. Bangga kalau dirinya rendah hati , bangga kalau dirinya tidak pernah marah, bangga kalau dirinya orang yang baik, itulah kotoran batin yang baru; dan kekotoran batin yang halus itu juga harus dicabut supaya kita memperoleh kualitas yang lebih baik dalam praktik Dhamma.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com