Sariputta | Jangan Mengkhawatirkan Yang Berada Di Luar Hingga Lupa Dengan Yang Di Dalam Sariputta

Jangan Mengkhawatirkan Yang Berada Di Luar Hingga Lupa Dengan Yang Di Dalam

Luangpho Inthawai Santussako

👁 1 View
2019-04-26 17:17:41

- Dua atau tiga hari terakhir Luangpho menyampaikan mengenai Chedi Luangta. Rasanya mulai mendapatkan hasil. Dana untuk puncak Chedi Luangta bertambah 1,200,000.00 ฿ pada hari kemarin. Apabila tertinggal dalam kesempatan ini, juga akan tertinggal untuk berbuat kebajikan dalam pembangunan Chedi Luangta di Watpa Ban Taad. Yang mana merupakan tanah kelahiran, serta tempat beliau tinggal dan melewati masa vassa dalam waktu yang panjang.

- Walaupun sibuk dengan berbagai persoalan di luar. Memiliki banyak kesibukan dalam membantu sarana masyarakat. Janganlah lupa dengan bagian yang paling dasar. Yaitu memngenai batin dari diri sendiri. Apabila sibuk dengan berbagai persoalan yang berada di luar, membangun dunia hingga lupa dengan diri sendiri, itu berarti telah lupa diri. Intinya, sesibuk apapun juga haruslah dapat kembali untuk mengingat kepada diri sendiri. Berapa lama lagi akan hidup di dunia ini. Hari ini lebih tua dari hari kemarin, hari esok juga tentunya lebih tua daripada hari ini. Hidup kita menyongsong usia tua terus-menerus. Karena itu janganlah tinggal dalam kelengahan. Harus selalu waspada di dalam menjalani kehidupan dengan mengumpulkan jasa kebajikan terus-menerus.

- Sang Buddha pernah menanyakan kepada Bhante Ananda, dalam sehari mengingat kematian sebanyak berapa kali. Bhante Ananda menjawab sekitar 100 kali. Sang Buddha mengatakan bahwa Bhante Ananda masih lengah, harus mengingat kematian pada setiap masuk dan keluarnya nafas, barulah dapat dikatakan sebagai seorang yang tidak lengah. Jika nafas tidak masuk berarti mati, apabila nafas tidak keluar juga berarti mati. Jika dibandingkan dengan kita saat ini, mungkin kita hanya dapat mengingat kematian satu kali dalam sebulan, atau bahkan tidak pernah. Bayangkan betapa lengahnya diri kita.

- Agar tidak hidup dalam kelengahan, seharusnya mengikuti ajaran Sang Buddha. Dimana beliau telah mengajarkan kebajikan dengan mengembangkan sila, samadhi, dan pañña. Serta rajin untuk berdana dalam menanam kebajikan.

- Samadhi merupakan bagian yang penting. Karena berhubungan dengan pandangan atau pemikiran. Sehingga banyak juga jalan yang dapat dilakukan untuk melatihnya. Khusus untuk cara meditasi yang diajarkan oleh Khruba Acarn dari jalur Kammatthana yang dibawa oleh Luangpu Munh Bhuridatto, beliau akan mengajarkan cara meditasi dengan memusatkan perhatian pada nafas masuk dan keluar. Juga ditambahkan dengan melafalkan kata "Buddho" di dalam hati pada saat mengetahui nafas masuk dan keluar. Pada awalnya para pemula mungkin akan kesulitan dalam menyadari nafas, karena belum pernah melakukan sebelumnya. Jika demikian, cobalah untuk menarik nafas keras-keras. Dengan demikian akan mengetahui pada titik bagian mana nafas akan terasa begitu dominan. Setelah itu dapat memperhatikannya dengan bernafas secara alami. Jika pikiran terpusat pada obyek, cepat atau lambat akan mencapai ketenangan yang disebut dengan samadhi. Beberapa praktisi meditasi sering kali mengalami perasaan seperti berada dalam kegelapan, nafas terasa hilang, terjatuh dari ketinggian, terjatuh ke dalam kolam, dan sebagainya disaat pikiran mencapai ketenangan. Khruba Acarn mengajarkan untuk tidak terlalu memperhatikan hal tersebut. Tidak perlu takut akan mati karena tidak bernafas, karena pada kenyataannya masih dalam keadaan duduk meditasi. Jika merasa akan jatuh, juga tidak akan jatuh kemana. Karena kita sedang duduk. Pada saat nafas tidak terasa, dapat memusatkan perhatian pada pikiran atau batin. Memusatkan perhatian pada bagian yang mengetahui. Intinya adalah memiliki sati sampajañña dengan terus memngembangkan kesadaran.

- Apabila setelah mencapai ketenangan kemudian melihat deva, surga, neraka, nomor, dan lain sebagainya janganlah diikuti. Harus kembali lagi pada kammatthana atau obyek yang diambil sebelumnya. Jika tidak akan jauh melenceng, bahkan ada juga yang sampai menjadi gila. Dalam hal ini haruslah bergantung pada pandita/bijaksanawan atau Khruba Acarn yang mengerti akan hal ini. Harus menanyakannya agar tidak sampai salah jalan. Berbicara seperti ini juga bukan berarti Luangpho mengangkat diri sendiri sebagai pandita/bijaksanawan. Bertanyalah kepada beliau-beliau yang mengetahui. Banyak juga yang salah jalan karena bertanya kepada orang yang tidak tepat. Luangpho sendiri sudah pernah belajar dan mempraktekkannya sehingga merasa yakin bahwa apa yang disampaikan akan sesuai dengan jalur yang benar.

- Dalam praktek meditasi juga tidak perlu takut akan melekat pada ketenangan dalam samadhi. Jika memang mencapai ketenangan, biarlah tetap berada disana. Setelah itu barulah merenungkan kebenaran dengan pañña. Ini adalah cara dasar. Atau langsung menggunakan pañña untuk merenungkan kebenaran juga boleh, karena untuk menjadi kaya raya tidaklah harus memulainya dengan mengumpulkan dari 5 ฿ atau 10 ฿. Yang terpenting tidak keluar daripada pengembangan sati sampajañña terhadap diri sendiri.

Anumodana.
Bhante Piter Gunadhammo

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com