Sariputta | Cara Praktek Yang Lain Jangan Dicampurkan Dengan Jalur Praktek Dari Luangta Sariputta

Cara Praktek Yang Lain Jangan Dicampurkan Dengan Jalur Praktek Dari Luangta

Luangpho Inthawai Santussako

👁 1 View
2019-04-26 17:05:14

- Berbicara mengenai kematian, tidak ada seorangpun yang dapat menghindarinya. Semua orang yang hidup di dunia ini tidak satupun yang dapat melampaui langit. Pada akhirnya setiap orang akan mengalami kematian. Setelah kematian, dibakar dan hanya menyisakan tulang-berulang saja. Dalam hal ini tidak ada seorangpun yang berbeda.

- Sesuatu yang membedakan setiap orang adalah perbuatan selama hidupnya. Ini yang membuat seseorang akan dikenang. Serta karya yang telah diukir di dunia juga akan membuat seseorang dikenang setelah kehidupannya berakhir. Dalam hal ini Luangpho ingin menyampaikan agar anda sekalian tidak hidup dalam kelengahan. Melakukan kejahatan atau hal yang tidak berguna terus-menerus hingga akhirnya tidak dapat mencari satupun kebajikan disaat akan meninggal dunia, rasanya akan sangat terlampau terlambat. Luangpho menyampaikan ini agar anda sekalian berada di dalam jalur. Jika telah berada dalam posisi sebagai pimpinan atau seorang yang memiliki tanggung jawab, tentunya akan merasakan hal ini. Seperti misalnya menjadi pemimpin rumah tangga atau pemimpin sebuah organisasi, tentunya harus berbicara agar anggota yang berada di dalamnya dapat berlaku sesuai pada jalur yang ditetapkan. Terkadang juga ada yang sudah terlanjur, sehingga harus menanggung kerugian. Seperti contohnya di dalam kehidupan Sang Buddha, yaitu Devadatta. Sepanjang hidupnya Devadatta selalu berusaha untuk mencelakai Sang Buddha. Sampai pada detik terakhir dalam hidupnya, dimana bumi hampir menelan seluruh tubuhnya, barulah ia dapat mengingat bahwa Sang Buddha memiliki jasa yang begitu besar terhadap dirinya. Pada saat itulah Devadatta baru dapat menyesali perbuatannya dan menyatakan berlindung dalam Tiratana.

- Bagi yang tinggal untuk menjalankan praktek Dhamma di vihara Luangpho, Luangpho juga ingin memberikan pengertian tentang cara praktek yang dijalankan dari Khruba Acarn. Datang untuk tinggal di vihara tidaklah berarti lantas menjadi baik atau bijaksana. Untuk dapat menjadi pandai haruslah berawal daripada mendengar atau belajar. Tidak ada orang yang lahir langsung dapat menjadi pandai tanpa mendengar. Meskipun diberikan nama cerdas, pintar, atau pandai, itu hanyalah sebuah nama. Namun kepandaian yang sesungguhnya di dalam diri harus bergantung dari mendengar dan belajar. Untuk itulah mengapa perlu adanya sekolah. Di sekolah juga akan diajari berbagai ilmu pengetahuan. Selanjutnya terserah pada diri sendiri untuk melanjutkan pendidikan pada jurusan mana. Tinggal di vihara Luangpho juga demikian. Apabila hanya dengan tinggal di vihara lantas menjadi baik begitu saja, tentunya burung-burung, ular, semut, dan binatang lainnya yang berada di dalam vihara juga sudah menjadi baik seluruhnya, bahkan sudah dapat menjadi ariya puggala. Namun kenyataannya bukanlah demikian.

- Dalam mempraktekkan Dhamma di vihara Luangpho, harus mempraktekkan ajaran yang bersumber dari buku yang Luangpho berikan serta stasiun radio di vihara yang menyiarkan rekaman Dhamma desana dari Khruba Acarn. Berlatih disini, janganlah menggunakan cara praktek dari vihara yang lain. Jika berada di vihara lain, barulah dapat menjalankan praktek sesuai dengan cara praktek di tempat tersebut. Hal ini haruslah dimengerti, mengenai peraturan, Dhamma Vinaya, serta situasi dan kondisi. Namun ini semua terbilang masih biasa.

- Bagian intinya berada pada citta bhavana. Bagaimana caranya agar dapat menjaga sati agar berada pada diri sendiri sebanyak mungkin. Disaat duduk meditasi haruslah mengembangkan sati dengan sungguh-sungguh. Saat berjalan, makan, dan mengerjakan aktivitas lainnya juga agar memiliki sati. Tentunya tidak dapat sampai sedemikian, akan tetapi perlu berusaha. Mengurangi berbicara, di luar sana sudah berbicara sangat banyak, datang ke vihara untuk praktek Dhamma masih banyak berbicara lagi, rasanya tidaklah benar. Jangan sampai juga tidak berbicara sama sekali, hanya menguranginya dengan berbicara sesedikit mungkin. Beritahukan kepada teman bahwa sedang bertekad untuk mengembangkan sati sebanyak mungkin, melihat pada diri sendiri sebanyak mungkin. Agar yang lainnya tidak merasa heran. Kemudian mengembangkan kesadaran sebanyak mungkin, berjalan caṅkamana atau duduk meditasi. Disaat waktunya bersih-bersih, juga mengerjakannya dengan penuh perhatian. Setelah itu kembali ke tempat istirahat sendiri. Setelah selesai membersihkan tubuh, dapat chanting dan duduk meditasi. Kemudian berjalan caṅkamana. Setelah itu memberikan penghormatan kepada Tiratana lagi. Lalu duduk meditasi, saat akan meditasi juga mengembangkan metta terlebih dahulu. Duduk meditasi sambil mendengarkan Dhamma desana Luangta dari siaran radio. Cukup mendengarkannya satu judul, tidak perlu mendengarnya sepanjang malam. Mungkin sekitar satu jam atau kurang. Setelah Dhamma desana selesai, matikan radio dan melanjutkan meditasi kembali. Kini hanya memusatkan perhatian pada diri sendiri. Menyadari masuk dan keluarnya nafas. Setelah pikiran mencapai ketenangan, barulah akan merasakan kebahagiaan yang berasal dari ketenangan batin. Setelah dirasa cukup, juga dapat beristirahat. Saat terbangun, menyalakan radio kembali untuk mendengarkan Dhamma desana Luangta lagi. Sampai pada waktunya, bergegas menuju ke sala melakukan berbagai aktivitas kembali. Seperti inilah menjalani kehidupan sehari-hari di vihara.

Anumodana.
Bhante Piter Gunadhammo

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com