Sariputta | Burung Merpati Berkata Milikku Sariputta

Burung Merpati Berkata Milikku

Luangpho Inthawai Santussako

👁 1 View
2019-04-26 17:03:16

- Beberapa waktu lalu video yang diunggah hanyalah berupa gambar saja. Beberapa orang juga menanyakan mengapa tidak dalam bentuk video. Ini karena rusaknya kamera yang biasa digunakan untuk merekam, dikarenakan kondisi udara di vihara yang lembab sehingga barang-barang elektronik menjadi mudah rusak. Ada seorang umat yang memohon kepada Luangpho untuk memberikan dana guna membeli kamera yang baru. Katanya membutuhkan dana seratus lima puluh ribu bath lebih untuk membeli sebuah kamera. Luangpho tidak bersedia memberikannya, untuk apa memberikannya hanya demi melihat gambar dari diri sendiri. Biar saja orang-orang yang ingin melihat Luangpho bersama-sama menyumbangkan dana untuk membeli kamera. Akhirnya ada orang yang bersedia memberikan dana untuk membeli kamera. Namun saat ditanyakan harganya di Bangkok, ternyata seharga dua ratus ribu lebih. Akhirnya salah satu umat mencoba untuk mencari orang yang sekiranya berkeinginan untuk memberikan dana guna membeli kamera. Dalam hal ini Luangpho sendiri tidak bersedia memberikan dana. Luangpho ini orangnya pelit kepada diri sendiri. Jadi, segala sesuatu seperti kamera dan sebagainya yang dipakai untuk mengambil gambar Luangpho bukanlah berasal dari pemberian Luangpho. Keseluruhannya merupakan hasil dari dana umat yang menginginkannya.

- Dalam mengambil foto haruslah teliti. Melihat keadaan yang pantas. Jangan sampai setelah diambil, mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Diri sendiri yang mengambilnya, namun orang lain yang menderita. Jangan mengambil foto yang dapat merugikan atau mempermalukan orang lain. Misalnya disaat sedang makan, Luangta Maha Bua sangat melarang keras untuk mengambil foto disaat sedang makan. Karena saat sedang makan merupakan keadaan dimana para bhikkhu bersikap lebih santai. Umumnya juga kurang penuh perhatian, namun memang ini merupakan saat yang perlu dimakhlumi. Atau seperti misalnya saat sedang tidur, dalam kondisi ini tidaklah sepatutnya untuk mengambil foto dari orang tersebut. Luangpho mengajarkan murid agar pandai. Seorang yang bertugas mengambil gambar haruslah teliti. Seandainya ada kotoran cicak pada wajah, juga tidak semestinya mengambil foto orang itu. Jika sampai mengambilnya, mengapa tidak memberitahukannya kalau di wajahnya ada kotoran. Ini namanya cetana (kehendak) yang tidak baik.

- Kemarin Luangpho pergi ke Rumah Sakit di Kabupaten Nonghan. Disana mengundang Luangpho dalam acara peresmian gedung baru yang terdiri dari lima lantai. Namun yang baru dapat digunakan hanya empat lantai, karena peralatan dan perlengkapan yang masih belum mencukupi. Luangpho bersama Bhikkhu Saṅgha di vihara kita memberikan dana kepada Rumah Sakit itu untuk membeli peralatan kedokteran senilai 100,000.00 ฿. Dua hal yang Luangpho sangat perhatikan yaitu Sekolah dan Rumah Sakit. Namun dalam masa ini sedang fokus pada pembangunan Chedi Luangta. Roti, kue, serta susu hasil dari pindapatta disana juga sangatlah banyak. Luangpho melihat bahwa kiranya akan bermanfaat, sehingga memintanya. Diberikan sebanyak enam atau tujuh kantung besar. Dari sana Luangpho bawa makanan dari hasil pindapatta tersebut untuk diberikan kepada para pekerja yang membangun Chedi Luangta. Untuk dimakan oleh mereka juga. Intinya adalah agar menjadi manfaat. Walaupun mereka sudah mendapatkan gaji, namun inilah yang dikatakan sebagai kemurahan hati.

- Jangan pernah berpikiran bahwa diri sendiri itu penting, seperti berpandangan bahwa acara, masyarakat, atau negara akan payah tanpa adanya diri ini. Biasanya orang tua suka berkata demikian. Seolah merasa bahwa dirinya begitu penting. Ini tampak bahwa telah lupa diri. Apabila orang lain mendengarnya, mungkin akan berharap agar segera orang itu tiada. Dengan demikian akan menjadi terasa lebih nyaman. Oleh karena itu, mengembangkan sifat rendah hati lebih baik. Dalam hal apapun berusaha untuk mengusahakannya sebaik mungkin. Jangan sampai ada masalah, juga jangan membuat masalah.

- Seseorang dapat sampai lupa diri. Berpikiran bahwa dirinya tidak akan sakit, tua, dan mati. Menganggap segalanya adalah miliknya. Seperti burung merpati yang dikatakan oleh orang zaman dahulu, saat tanaman padi di sawah mulai berwarna kuning keemasan, berkicau seolah mengatakan "ini adalah milikku". Walaupun belum tentu kicauannya berarti demikian, namun orang zaman dahulu mengartikannya seperti itu. Akhirnya saat dipanen, tidak ada satupun yang tertinggal sebagai miliknya. Ini juga dapat dibandingkan dengan kehidupan kita, seringnya beranggapan bahwa segala yang dimiliki adalah milik sendiri. Karena keserakahan menganggap bahwa ini milikku, itu milikku, semuanya adalah milikku. Namun disaat kematian datang, tidak ada satupun yang dapat dikatakan sebagai milik sendiri. Tubuh jasmani sendiri saja akan dibakar dan dibuang.

- Dalam menjalani kehidupan ini janganlah sampai membuat orang lain menderita, menyurangi orang lain, atau menyakiti orang lain. Harus memiliki Metta (cinta kasih), kemurahan hati, serta dapat untuk saling berbagi. Orang yang memiliki kemurahan hati, intinya berpikiran baik, berucapan baik, serta memiliki perbuatan yang baik, berada dimanapun akan membawa kesejahteraan bagi kelompok, masyarakat, serta negara dimana dirinya tinggal. Apabila orang jahat, memiliki pikiran, ucapan, dan perbuatan yang jahat, berada dimanapun akan selalu dicurigai. Tidak dapat untuk dipercaya. Bahkan harus hidup dalam persembunyian jika telah melakukan kesalahan berat, khawatir ketahuan dan orang lain dapat membuat diri sendiri harus menebus kesalahan yang telah dilakukan. Oleh karena itu, jadilah orang baik yang berguna bagi kelompok, masyarakat, serta negara. Jangan menjadi orang jahat atau sampah masyarakat yang tidak berguna bagi bangsa dan negara.

- Dalam beberapa kehidupan juga terkadang mendapat untuk, terkadang juga mendapat rugi. Maksudnya rugi adalah jika menjalani satu kehidupan dengan tidak mengenal kebajikan, melakukan berbagai tindakan kejahatan yang tidak bermanfaat. Artinya kehidupan yang dilalui tanpa membangun manfaat dapat dikatakan sebagai kerugian. Sementara kehidupan yang dilalui dengan penuh kewaspadaan, mengumpulkan jasa kebajikan sebanyak mungkin, ini berarti kehidupan tersebut menghasilkan keuntungan. Umumnya semua itu berawal daripada bertemu dengan pandita atau bijaksanawan yang mengajarkan untuk menuntun diri ke arah yang benar. Jika dalam kehidupan dimana tidak ada Sang Buddha, juga bertemu dengan samana atau pertapa yang baik dalam mengajarkan sesuatu yang bermanfaat. Seandainya sejak terlahir bertemu dengan orang jahat, kemudian akrab dengan orang jahat, kemungkinan akan menjadi orang jahat juga. Dengan demikian kehidupan tersebut hanya akan berlalu tanpa menghasilkan manfaat.

- Dalam ajaran Buddha, segalanya berasal dari pikiran. Berpikir dahulu barulah bertindak, berpikir dahulu barulah berucap. Apabila pikiran baik, perbuatan dan ucapan juga akan ikut baik. Jika pikiran tidak baik, perbuatan dan ucapan juga akan tidak baik. Karena itu ajaran Sang Buddha mengutamakan untuk dapat melihat pikiran sendiri. Jika memiliki samadhi yang baik akan dapat untuk melihatnya. Pikiran baik atau pikiran jahat yang muncul, apakah berupa lobha (keserakahan), dosa (kebencian), raga (nafsu). Keseluruhannya berasal dari moha atau ketidak tahuan, yaitu avijja. Karena ketidak tahuan, maka menjadi serakah, menjadi nafsu, atau menjadi kebencian. Karena itu, perlu memperhatikannya pada bagian ini. Oleh sebab itu, haruslah memiliki Dhamma di dalam hati, yaitu berupa Opanayiko (melihatnya di dalam diri sendiri). Sering-seringlah melihat ke dalam diri sendiri, jangan hanya terus melihat kepada orang lain.

Anumodana.
Bhante Piter Gunadhammo

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com