Sariputta | Bergegas Mengumpulkan Kebajikan Sariputta

Bergegas Mengumpulkan Kebajikan

Luangpho Inthawai Santussako

👁 1 View
2019-04-26 16:20:06

- Empat belas hari lagi adalah Hari Raya Magha Puja. Di vihara kita juga akan dibarengi dengan acara pelimpahan jasa bersama kepada sanak saudara. Mulai dari sekarang mengingatkan agar mempersiapkan sebelum hari itu tiba. Pada hari Magha Puja tahun ini akan bertekad untuk mengembangkan kebajikan seperti apa, namun sesungguhnya bukan juga hanya berbuat baik pada Hari Magha Puja saja. Apakah akan bertekad untuk berdana makanan ke vihara dan sebagainya, namun Luangpho tidak mengarahkan untuk berdana di vihara Luangpho Int. Boleh pergi ke vihara manapun yang diyakini oleh diri sendiri. Hari Magha Puja adalah hari dimana untuk pertama kalinya Sang Buddha menetapkan peraturan untuk menangani Saṅgha. Beliau membabarkan Ovada Patimokkha.

- Bagaimanapun janganlah lengah dalam mengumpulkan kebajikan. Kehidupan di dunia ini tidaklah kekal. Hidup ini bukan hanya untuk mencari kedudukan, harta benda, perolehan, ataupun ketenaran. Meski memiliki kekayaan sebanyak apapun, pada akhirnya tidak ada satu pun yang dapat terbawa oleh tubuh ataupun batin. Hanya terdapat kamma baik dan kamma buruk sajalah yang akan melekat untuk pergi bersama dengan batin menuju ke kehidupan berikutnya. Jika jasa kebajikan yang mengantarkan, dapat sampai pada alam kehidupan yang baik bahkan sampai pada depan pintu Nibbana. Seperti Sang Buddha, beliau memiliki jasa kebajikan yang membawanya hingga ke depan pintu Nibbana. Setelah meninggalkan kehidupan dan mencapai Nibbana, baik kamma baik ataupun kamma buruk tidak dapat lagi mengikuti. Apabila kamma buruk yang mengantarkan, akan seperti Devadatta. Devadatta jatuh ke Neraka Avici dikarenakan kamma buruk berat yang membawanya. Sehingga membuatnya harus menderita disana, setelah selesai dari sana barulah dapat menerima buah kamma yang lainnya.

- Mengumpulkan jasa kebajikan dimulai dari berdana rasanya cukup penting. Dalam menanam kebajikan terdapat banyak cara. Dapat dengan berdana, menjaga Sila, hingga praktek Bhavana agar terbebas dari asava kilesa. Namun untuk dapat sampai titik tersebut, perlu juga memulainya dari awal. Seperti menanam pohon dengan tujuan untuk memperoleh inti kayu. Tanpa adanya tunas serta batang kayu pada awalnya, tentunya tidak dapat menjadi inti kayu. Perlu ditanam dari biji, kemudian muncul tunas, lalu terdapat batang kayu, barulah tumbuhan tersebut perlahan membuat inti kayu.

- Apabila seseorang tidak memiliki hati berdana, tidak memiliki kemurahan hati. Pergi mengunjungi orang lain juga tidak bersedia untuk memberikan senyuman, karena tidak bersedia untuk berkorban. Pikirkanlah, apakah kehidupan dari orang yang hidup demikian akan berbahagia dan makmur. Tentunya juga tidak akan maju, karena hatinya sempit. Andai saja kita rela untuk memberikan senyuman kepada orang lain, orang lain juga akan membalasnya dengan ceriah dan senang hati. Jika melihat siapapun dengan wajah yang kaku bahkan cemberut, pergi kemanapun hanya akan mendapatkan musuh. Bayangkan jika setiap orang seperti itu, tidak bersedia untuk berkorban, apakah dunia ini akan nyaman untuk ditinggali.

- Sila mengenai aturan dalam menjalankan hidup bersama. Bagaimana caranya bertindak agar tidak membuat orang lain menderita. Menjaga perbuatan dan ucapan dengan benar dinamakan dengan sila. Apabila orang lain menyakiti kita, tentunya kita akan merasa menderita. Disaat kita melakukannya terhadap orang lain, tentunya juga demikian. Namun lebih banyak tidak seperti itu, disaat melakukannya terhadap orang lain akan tertawa merasa senang. Ketika berbalik orang lain melakukannya, akan menangis dan bersedih. Mengapa tidak tertawa seperti pada saat melakukannya kepada orang lain. Karena itu dalam hidup bersama, sila ataupun peraturan sangatlah penting. Poin pentingnya adalah jika kita tidak ingin orang lain melakukannya terhadap kita, maka jangan melakukannya kepada orang lain. Jangan memperbuat, bicara, serta berpikir tidak baik yang membuat orang lain menderita.

- Jika ada seseorang yang tidak mengerti akan akibat dari perbuatan tidak baik, perlu juga untuk mengingatkannya. Namun ada juga yang memang tidak ingin mengerti, apabila demikian kita pun harus membiarkannya. Harus bagaimana lagi, seperti inilah kilesa yang dimiliki manusia. Tidak bersedia untuk mendengar ucapan siapapun. Dalamnya pikiran manusia tidak dapat dikira. Sang Buddha mengatakan bahwa dalamnya maha samudera seperti apa namun masih dapat diukur, sementara dalamnya hati manusia lebih dalam lagi dari itu. Terkadang berbicara di depan seperti ini, namun saat berbicara di belakang lain lagi. Inilah hati dari manusia yang masih diliputi dengan kilesa. Bagaimanapun dunia ini akan selalu seperti ini, bahkan sudah seperti ini sejak kita belum lahir, dan setelah kita meninggal dunia pun akan seperti ini. Jadi, jangan sampai menderita karenanya. Terus berusaha untuk mengumpulkan jasa kebajikan ke dalam batin.

- Kilesa Raga berupa nafsu, keinginan, atau kesukaan. Seperti menyukai benda, mobil, laki-laki-perempuan dan sebagainya. Kilesa Dosa berupa kebencian atau perasaan tidak senang. Seperti misalnya marah, dendam, tidak suka, iri hati, dan sebagainya. Kilesa Raga dengan Dosa itu memiliki ciri yang bersebrangan. Semuanya juga berasal dari Moha, yaitu kebodohan batin atau ketidak tahuan. Karena memiliki ketidak tahuan terlebih dahulu, sehingga muncul Raga atau Dosa. Mengira bahwa diri ini akan tinggal selamanya di dunia, tidak mengalami usia tua, sakit, dan kematian.

- Orang yang memiliki Dhamma akan terus berusaha untuk melakukan kebajikan dan menjaga sila. Menginjak pedal rem disaat berada pada jalan yang salah. Menginjak pedal gas saat berada pada jalan yang benar. Menggunakan setir kemudi untuk mengarahkan ke arah yang benar. Apabila memiliki samadhi, akan dapat untuk mencermatinya. Kapan saat kilesa keluar dari pikiran, dan berusaha untuk mengatasinya. Dengan memiliki Samadhi benar, saat melakukan perenungan juga akan sampai pada Pañña yang sesungguhnya. Melihat dengan jelas Tilakkhana yaitu, Aniccaṁ, Dukkhaṁ, dan Anatta. Melihat usia tua, sakit, dan kematian.


Anumodana.
Bhante Piter Gunadhammo

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com