Sariputta | Baik Puas Maupun Tidak Puas Pada Akhirnya Merupakan Aniccaṁ Sariputta

Baik Puas Maupun Tidak Puas Pada Akhirnya Merupakan Aniccaṁ

Luangpho Inthawai Santussako

👁 1 View
2019-04-26 16:14:20

- Bikkhu di vihara kita berjumlah 31 dan samanera 1, datang makan 21 tidak makan 11, berdasarkan laporan yang ada. Inilah kehidupan seorang bhikkhu kammatthana. Merupakan suatu yang sudah lumrah bagi seorang bhikkhu kammatthana, terkadang kenyang, terkadang juga merasa lapar. Berupaya untuk sungguh-sungguh mencobanya. Namun ada juga yang tidak makan karena bangun kesiangan, ada juga dikarenakan sakit, bagi yang sungguh-sungguh bhavana juga perlu mencobanya. Sebelumnya Luangpho sudah sering melakukannya. Melihat juga mengenai tugas diri sendiri, apabila memiliki tugas juga perlu datang makan. Kapan tidak ada tugas, barulah praktek untuk tidak makan. Berusaha untuk bhavana dengan sungguh-sungguh.

- Luangpho pergi dari vihara sejak tanggal 8. Pergi ke Provinsi Chayabhum, diundang untuk menghadiri acara kremasi dari salah seorang umat. Kemudian pergi ke Provinsi Chiangmai dengan pesawat. Pergi ke acara sehubungan dengan Sima vihara di Kabupaten Mei Ai. Para bhikkhu yang hadir berjumlah besar. Setelah selesai acara Luangpho memutuskan untuk melihat Vihara Luangpu Sim, Wat Tham Papong. Ingin melihat bagaimana keadaan saat ini, selain itu juga dapat mencoba menguji ingatan, masihkah sama seperti yang dulu ketika Luangpho pergi. Namun kali ini rasanya tidak sanggup untuk naik ke atas gunung, karena sudah tua. Para bhikkhu disana mengatakan akan mengangkat Luangpho ke atas. Akhirnya Luangpho juga diangkat naik ke atas. Namaskara pada Chedi Luangpu Sim, juga melihat tempat dimana beliau meninggal dunia. Semasa hidupnya beliau hampir selalu mengajarkan dengan mengatakan "Maranaṁ me bhavisati", Suatu hari nanti aku pasti mengalami kematian. Dari sana juga sempat singgah ke vihara Luangpu Plien. Disana sedang mempersiapkan acara kremasi dari Luangpu Plien yang akan jatuh pada tanggal 16 Pebruari 2019. Setelah itu Luangpho naik pesawat pulang ke vihara, tiba di vihara sekitar pukul 21.00.

- Mengenai bepergian kemanapun bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Apabila diselidiki lebih dalam lagi, berada dimanakah kebahagiaan yang sesunguhnya. Sebagian orang mengatakan bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya terdapat pada perasaan puas. Namun perasaan puas disini juga berubah-ubah, sesaat merasa puas, tidak lama lagi akan berubah menjadi tidak puas. Karena perasaan puas juga masih merupakan Aniccaṁ (tidak kekal).

- Disaat memperoleh keuntungan, kedudukan, pujian, dan kebahagiaan akan merasa senang hati. Ketika kehilangan keuntungan, kehilangan kedudukan, mendapat celaan, dan menderita juga akan merasa tidak puas. Keuntungan, kedudukan, pujian, dan kebahagiaan merupakan hal yang diinginkan. Sementara kehilangan keuntungan, kehilangan kedudukan, dicela, dan berduka merupakan hal yang tidak diinginkan. Baik memperoleh hal yang diinginkan, pada akhirnya juga harus kehilangan semuanya. Saat semuanya sirna akan merasakan penderitaan. Semakin banyak yang dimiliki, akan semakin menderita. Berbeda dengan yang memang tidak memiliki apa-apa, tentunya tidak mengalami kehilangan. Namun tetap saja antara suka ataupun duka tetap mengalaminya.

- Perolehan, kedudukan, pujian, dan kebahagiaan perlu diusahakan untuk mendapatkannya. Sisi sebaliknya juga akan tetap dijumpai. Namun cara memperoleh diantara kedua sisi berlawanan ini juga berbeda. Seperti 4 hal yang diharapkan, ibaratnya bagaikan mengangkat air atau batu menaiki gunung. Sementara 4 hal yang tidak diharapkan, yaitu kehilangan keuntungan, kehilangan kedudukan, dicela, dan menderita. Ibaratnya seperti menuang air atau menggelindingkan batu dari atas gunung.

- Baik suka ataupun duka, pada akhirnya kembali lagi kepada diri sendiri untuk dapat menerimanya dengan lapang. Luangpho berbicara kemanapun mengenai dunia cakrawala, pada intinya akan kembali menuju ke satu titik, yaitu kesadaran. Ajaran Sang Buddha pada kesimpulannya berada di satu titik ini. Semuanya bersumber dari pikiran. Namun pikiran ini bahkan lebih luas melebihi segala lembah yang ada.

- Usia tua merupakan penderitaan pada tubuh jasmani. Seperti mobil tua, pemiliknya harus tahu kapasitas dari mobil miliknya. Sudah tidak sanggup lagi untuk menaiki gunung. Apabila supirnya kurang waras atau tidak memiliki kesadaran, hasilnya akan celaka. Seperti Luangpho, tidak dapat lagi mendaki gunung seperti dulu. Juga menerimanya, karena memang seperti ini adanya, sudah tua. Tubuh jasmani ini memang Aniccaṁ.

- Selanjutnya di dalam batin, batin kita ini bergerak terus-menerus. Sebentar bahagia, sebentar juga menderita. Belum lagi kilesa raga, dosa, dan moha yang berada di dalam batin. Apabila tidak memiliki samadhi tidak dapat mengetahuinya. Apabila telah memiliki samadhi yang baik, kembangkan pandangan terang. Baik merasa puas ataupun tidak puas, keduanya tetaplah Anatta, bukan aku atau bukan milikku. Melepaskannya demikian, namun hal ini bukanlah mudah. Tidak tahu sudah berapa kali mengatasinya, namun setelah itu masih ada yang lainnya lagi. Tidak tahu jenis raga yang seperti apa dan apa lagi. Dosa dan moha juga demikian. Membenci atau dendam kepada orang lain. Terkadang juga berpandangan bahwa ini adalah aku atau milikku, karena ketidak tahuan. Seperti memotong dahan pohon, dipotong satu, akan tumbuh lagi bahkan dalam jumlah yang lebih banyak. Ini seperti mencabut tidak tepat sampai pada sumbernya. Tanpa samadhi tidak akan dapat mengatasinya. Jika tidak memiliki samadhi, janganlah pernah berharap untuk dapat mengatasinya.

- Luangta Maha Bua mengatakan bahwa disaat dapat membuat kilesa KO, itulah sungguh bahagia. Dahulu disaat bertempur dengan kilesa sangat menyengsarakan sekali. Sampai-sampai ketika kilesa muncul, walaupun sedang makan rasanya seperti ingin menghantamnya. Namun kali ini sudah tidak muncul lagi, karena sudah KO. Ini perkataan Luangta Maha Bua.

- Untuk mengatasi kilesa di dalam batin, bagaimanapun diri sendirilah yang harus mengatasinya. Jika bukan diri sendiri yang mengatasinya, tidak ada jalan lain. Karena itu, harus berusaha untuk mengatasinya dengan sati pañña serta kemampuan yang dimiliki.

Anumodana.
Bhante Piter Gunadhammo

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com