Sariputta | Upacara kematian untuk keluarga yang meninggal Sariputta

Upacara kematian untuk keluarga yang meninggal

Tanya Jawab Bhikkhu Uttamo

👁 1 View
2017-09-22 10:37:52

Dari: Jimmy, Jakarta

Bhante, ada beberapa ganjalan yg ingin saya tanyakan berkenaan dengan kondisi orang
yang baru saja meninggal dunia :
1. Apa manfaat utama dilakukannya upacara kematian bagi mereka yg telah meninggal ?
2. Berapa hari sekali harus dilakukan upacara tsb ?
3. Ada sebagian tradisi yg membakar rumah-rumahan kertas atau uang kertas, apa itu
bermanfaat ?
4. Empat minggu setelah kematian papa saya, adik dan mama mengalami mimpi ttg papa.
Adakah hubungan antara kesadaran papa yg masih memikirkan keluarga, atau mimpi itu
hanya bunga tidur saja ?
5. Apa manfaat membaca mantra dlm Agama Buddha ?
Sebelum dan sesudahnya saya mengucapkan terima kasih Bhante.

Jawaban:
1. Telah menjadi kebiasaan umat beragama termasuk umat Buddha untuk melakukan
upacara kematian. Upacara ini mempunyai manfaat utama memberikan kondisi
kebahagiaan untuk almarhum apabila ia terlahir di salah satu alam yang mampu
menerima upacara pelimpahan jasa dalam perkabungan.
Selain itu, upacara kematian juga memberikan manfaat untuk keluarga almahum.
Biasanya kehadiran teman dan kerabat ketika seseorang sedang berduka akan
menimbulkan harapan baru serta dukungan moral yang diperlukan. Dengan demikian,
keluarga yang ditinggalkan akan menjadi lebih tabah dan tenang menghadapi kenyataan
berpisah selamanya dengan orang yang dicintai.
2. Upacara perkabungan dalam tradisi Buddhis boleh dilakukan setiap saat. Biasanya
setelah seseorang berbuat baik, ia dapat melimpahkan jasa kebajikan kepada mereka yang
sudah meninggal. Pelimpahan jasa ini bahkan bisa diulang-ulang dalam sehari.
Namun, secara tradisi yang banyak berlaku dalam masyarakat, upacara perkabungan
dapat dilakukan pada hari ketiga, ketujuh atau bahkan kelipatan tujuh, serta masih ada
beberapa kebiasaan lainnya. Umat Buddha diperkenankan mengadakan upacara
perkabungan sesuai dengan tradisi masyarakat tempat ia tinggal. Agama Buddha tidak
memberikan batasan maupun keharusan waktu penyelenggaraan upacara perkabungan
tersebut.
3. Dalam Agama Buddha, penghormatan kepada mereka yang sudah meninggal
dilakukan dengan pelimpahan jasa yaitu berbuat baik atas nama mereka yang telah
meninggal dunia. Sedangkan dalam tradisi dikenal adanya upacara dengan membakar
rumah kertas maupun uang kertas. Mereka yang menjalani tradisi tersebut tentu
menganggap pembakaran rumah kertas dan uang kertas itu bermanfaat.
Sebagai umat Buddha boleh saja mengikuti tradisi membakar rumah kertas tersebut.
Namun, kalau umat Buddha tidak mengikuti kebiasaan itu, sebaiknya umat juga tidak
perlu merendahkan mereka yang menjalani tradisinya.
4. Dalam pengertian Buddhis, 25% mimpi mempunyai makna, sedangkan 75% mimpi
hanyalah hasil dari berbagai bentuk pikiran yang muncul saat seseorang tertidur.
Dalam pertanyaan tersebut, karena mimpi serupa dialami oleh lebih dari satu orang,
biasanya hal tersebut memang mempunyai makna. Mungkin keluarga yang baru saja
meninggal masih teringat dengan keluarga. Oleh karena itu, biasanya setelah terbangun
dari mimpi tersebut, ucapkan berkali-kali dalam batin kalimat pelimpahan jasa yaitu :
SEMOGA DENGAN SEGALA KEBAJIKAN YANG TELAH DILAKUKAN SAMPAI
SAAT INI AKAN MEMBUAHKAN KEBAHAGIAAN KEPADA ALMARHUM.
SEMOGA ALMARHUM BERBAHAGIA. SEMOGA DEMIKIANLAH ADANYA.
Diharapkan dengan pengucapkan kalimat pelimpahan jasa tersebut, almarhum akan
bahagia dan terlahir kembali di alam yang lebih baik.
Namun, kalau mimpi serupa masih sering terjadi, maka keluarga boleh saja melakukan
pelimpahan jasa khusus yaitu sengaja berbuat baik berulang-ulang atas nama almarhum.
Perbuatan baik ini dapat berupa pembebasan mahluk hidup ke habitatnya, atau membantu
yayasan sosial atau membantu mereka yang tidak mampu atas nama almarhum.
5. Istilah 'mantra' lebih menunjuk pada pengulangan kalimat atau kata tertentu selama
beberapa waktu. Pengulangan kata yang kadang tidak diketahui maknanya ini
sesungguhnya mengkondisikan pikiran, ucapan serta perbuatan si pembaca mantra
menjadi lebih baik. Dengan demikian, semakin sering seseorang membaca mantra,
semakin banyak pula kesempatan yang ia miliki untuk melakukan kebajikan dengan
badan, ucapan serta pikiran. Dan, pembacaan mantra yang merupakan kebajikan ini juga
dapat dilimpahkan jasanya kepada almarhum atau sanak keluarga yang baru saja
meninggal.
Semoga penjelasan ini dapat memberikan manfaat dan kebahagiaan dalam melaksanakan
upacara perkabungan secara baik dan bermanfaat.
Semoga demikianlah adanya.
Salam metta,
B. Uttamo

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com