Sariputta | Tradisi sembahyang kepada leluhur Sariputta

Tradisi sembahyang kepada leluhur

Tanya Jawab Bhikkhu Uttamo

👁 1 View
2017-09-22 10:53:28

Dari: Meisien, Jakarta

Namo Buddhaya Bhante,
Saya ada pertanyaan :
Sudah menjadi tradisi dalam keluarga untuk sembahyang kepada leluhur yang telah
meninggal. Untuk upacara itu, selain buah dan kue, kami juga menyediakan samsen,
yaitu ayam satu ekor utuh lengkap dengan ati ampla dan darah (direbus), babi seiris, dan
ikan / cumi.
Setelah saya belajar Agama Buddha, saya baru tau kalau itu sebenarnya tidak ada
manfaat bagi leluhur.
Pertanyaan saya adalah :
1. Apa itu betul ?
2. Saya berencana untuk tidak memakai hal tersebut lagi; hanya buah, kue dan masakan
jadi. Apakah itu boleh ?
3. Paritta apa yang sebaiknya saya bacakan pada acara sembahyangan tsb. ?
4. Tolong saran Bhante, apa yang terbaik yang mempunyai manfaat besar untuk leluhur ?
5. Membakar koper yang berisi baju dll apakah benar leluhur dapat menerimanya ?
Terima kasih banyak Bhante.

Jawaban:
1. Dalam masyarakat memang terdapat berbagai tata cara ritual untuk menghormat
leluhur. Salah satu bentuk penghormatan itu adalah seperti yang disampaikan dalam
pertanyaan di atas. Seorang umat Buddha diperkenankan melaksanakan tradisi yang ada
dalam masyarakat tempat ia tinggal, termasuk upacara penghormatan leluhur.
Namun, dalam pandangan Buddhis, upacara untuk leluhur tersebut akan lebih bermanfaat
apabila dilakukan dengan melaksanakan pelimpahan jasa yaitu berbuat baik melalui
badan, ucapan serta pikiran atas nama para leluhur.

2. Apabila setelah melalui perenungan yang mendalam dan pengertian yang baik tentang
Ajaran Sang Buddha, maka boleh saja mempunyai niat untuk tidak menggunakan mahluk
hidup sebagai sarana upacara ritual terhadap leluhur. Tentu saja, keputusan tersebut
sebaiknya telah disepakati oleh anggota keluarga yang lain.
Namun, kalau seorang umat Buddha hidup jauh dari sanak keluarga yang lain, maka ia
tentu boleh saja langsung memutuskan melakukan tindakan yang mungkin sangat
berbeda dengan perilaku lingkungan tempat ia tinggal.

3. Adapun susunan paritta yang dipergunakan dalam upacara pelimpahan jasa dapat
dilihat pada buku 'Paritta Suci' yang menjadi buku tuntunan puja bakti di vihara-vihara
binaan Sangha Theravada Indonesia.
Namun, kalau tidak mengetahui susunan paritta yang perlu dibaca, pelimpahan jasa boleh
dilakukan dengan mengulang dalam batin selama beberapa saat kalimat : SEMOGA
SEMUA MAHLUK BERBAHAGIA.
Dengan kalimat ini, para leluhur yang pernah berhubungan kamma, dimanapun mereka
hidup saat ini, semoga mereka bahagia sesuai dengan kondisi kamma baik yang mereka
miliki. Semoga demikianlah adanya.

4. Pelimpahan jasa yang memberikan manfaat besar kepada leluhur dapat dilakukan
dengan badan, ucapan maupun pikiran yaitu dengan melaksanakan kerelaan, kemoralan
serta konsentrasi. Setelah melakukan berbagai kebajikan tersebut, ucapkan dalam batin
kalimat : SEMOGA DENGAN KEBAJIKAN YANG TELAH SAYA LAKUKAN
SAMPAI SAAT INI, PARA LELUHUR YANG PERNAH BERHUBUNGAN KAMMA
DENGAN SAYA AKAN MENDAPATKAN KEBAHAGIAAN. SEMOGA
DEMIKIANLAH ADANYA. SEMOGA SEMUA MAHLUK BERBAHAGIA.

5. Membakar kopor berisi baju dsb. adalah upacara ritual yang menjadi bagian dari tradisi
masyarakat tertentu. Oleh karena itu, hanya mereka yang menjalankan tradisi tersebut
yang mampu memberikan jawaban secara tepat tentang hal ini.

Semoga jawaban ini dapat memberikan manfaat dan kebahagiaan.
Salam metta,
B. Uttamo

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com