Sariputta | Tanya Jawab 94 Sariputta

Tanya Jawab 94

Tanya Jawab 51-100

👁 1 View
2017-09-18 10:52:09

Pertanyaan :

Kami menggunakan cara berceramah untuk memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Andaikata kami dapat mengikuti anda belajar dalam jangka waktu lama, tentu saja akan cepat berhasil dan sempurna. Tetapi saat kini kami memiliki kesulitan, misalnya seorang Bhiksu yang melatih diri di dalam Sangha viharanya, pertama-tama harus memberi layanan pada umat, lagipula kami tidak bisa bebas menentukan pilihan, ini juga sesuai dengan semangat melatih diri yakni menekan keakuan sampai serendah mungkin. Mohon bimbingannya.  

Master Chin Kung Menjawab :

Jika setiap hari dari pagi sampai malam berada di samping guru, walaupun seumur hidup mengikutinya, tetapi yang gagal juga banyak. Ketika Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma di dunia, contoh ini sangat banyak. Bagaimana cara untuk berhasil? Praktisi yang sepenuhnya mengamalkan sesuai dengan yang tertera dalam ajaran sutra yang akan berhasil, jadi bukan karena selalu berada bersama guru baru bisa berhasil.

Bagaimana cara Guru Li mengajari kami belajar berceramah? Yakni dengan mempelajari “Buku Pedoman Berceramah hasil karya Upasaka Li Bing-nan”.  Semakin lama andamembacanya, maka dengan sendirinya anda jadi trampil ketika naik ke pentas. Anda dapat mengamati ketika Guru Li sedang berceramah,  juga boleh mengamati murid-murid lainnya berceramah, siapapun yang berceramah juga boleh dijadikan obyek pembelajaran.

Anda bisa melihat dimana letak kelemahan orang lain, maka diri sendiri bisa mencapai kemajuan, pikirkan apakah sewaktu berada di pentas, diri sendiri juga memiliki kelemahan sedemikian? Melihat kelebihan orang lain, pikirkan apakah sewaktu berada di pentas kita juga memiliki kelebihan sedemikian?  Maka itu orang yang belajar ceramah, asalkan saat diri sendiri sedang berada di bawah pentas, maka tak peduli siapapun yang naik ke pentas, sekalipun itu hanya seorang pemula yang sedang belajar, kita juga harus mendengar ceramahnya. Ini adalah menjalin jodoh Dharma dengan si penceramah, juga menjalin jodoh Dharma dengan vihara,  menjalin jodoh Dharma dengan para pendengar lainnya, dengan demikian jodoh Dharma baru bisa sempurna.

Andaikata orang lain berceramah dan saya tidak suka mendengarnya, dengan demikian ketika sampai giliran saya yang berceramah, tentu saja akan ada sebab akibatnya. Harus memahami kebenaran ini, tak peduli siapapun yang berceramah, kita harus bersukacita mendengarnya, jodoh Dharma baru bisa sempurna.

Giat belajar Dharma maka tidak terpisah dari ajaran sutra, ini amat penting. Intisari ajaran yang dibabarkan Buddha, saya mengikuti Guru Li selama sepuluh tahun, kunci keberhasilannya ada pada “menfokuskan diri pada satu metode, ketulusan sepenuhnya mengundang mujizat”, dua kalimat ini, sepanjang hidupku manfaat yang diperoleh tiada habis-habisnya, harus serius mengamalkannya!

Dalam memperlakukan orang lain dan menangani masalah harus menggunakan ketulusan hati, ketika ketulusan sudah sampai maksimal, inilah yang disebut dengan “ketulusan sepenuhnya”. Bagaimana sikap orang lain kepada kita, tidak ada kaitannya dengan kita, kita harus menggunakan ketulusan dalam berinteraksi dengan orang lain, tak peduli orang lain salah paham atau menfitnah, terserah mereka saja, kita jangan sampai mengubah niat awal, dengan demikian baru akan berhasil.

Orang baik bersikap buruk pada kita, kita tahu bahwa ini adalah salah paham, andaikata dia memahaminya pasti dia akan menghargai. Mengapa demikian? Sepanjang hidup bila dapat bertemu dengan sahabat sejati, betapa sulitnya! Di dalam lautan manusia yang luas ini, siapa yang akan tulus padamu?

Upasaka Li Bing-nan, Master Zhang Jia, Mr.Fang Dong-mei memperlakukan kami dengan ketulusan hati, sepanjang hidup saya amat berterimakasih pada mereka. Mereka benar-benar terpelajar, berbudi luhur, dan tidak terpisah dari ketulusan, tidak terpisah dari “menfokuskan diri pada satu pintu Dharma”, karena dengan terfokus akan menghasilkan pengetahuan, sedangkan dengan ketulusan sepenuhnya akan menghasilkan keluhuran budi, ini adalah menciptakan keberhasilan buat diri sendiri. Maka itu harus melatih diri, jangan diputar oleh kondisi luar.

Ketika masih mengikuti Guru Li belajar di Taichung, mengapa begitu banyak murid-murid lainnya yang mengundurkan diri? Ini karena tidak sanggup menahan diri saat menghadapi kondisi luar, terutama kondisi tidak menyenangkan, dimana orang lain berniat buruk padamu, anda langsung mundur, dengan demikian yang rugi itu adalah diri sendiri.

Kita harus memiliki hati yang pantang mundur, tidak berubah, barulah dapat meraih keberhasilan, tutuplah pintu dan lakukan introspeksi diri, tanyakan pada diri sendiri : “Apakah saya ada bersalah pada orang lain.” Jika tidak ada maka hati kita merasa tenteram. Andaikata orang lain salah paham pada kita, maka dengan seiring berlalunya waktu pasti persoalan akan jelas, mungkin saja memerlukan waktu beberapa tahun, beberapa puluh tahun, pada akhirnya pasti akan jelas.

Memberikan layanan pada orang banyak adalah bentuk pengamalan dari hasil belajar, dengan demikian belajar itu baru berguna. Andaikata tidak ingin memberi layanan pada umum, maka apa yang telah dipelajari jadi tidak berguna, tidak ada tempat untuk menunjukkan prestasi. Maka itu melatih diri itu di mana? Saat enam landasan indria mengadakan kontak dengan enam kondisi luar, di sinilah kita melatih diri, ini barulah ketrampilan melatih diri yang sesungguhnya. Jadi bukan menutup pintu dan duduk bersila menghadap dinding, harus berinteraksi dimana di dalamnya mengembangkan samadhi dan prajna, maka itu kemajuan pengamalan sila, samadhi dan prajna ada di sini.

Sila adalah tahu aturan, sila tidak kaku. Saat bersama dengan orang Tiongkok, maka kita harus beradaptasi dengan budaya Tiongkok; berada bersama orang luar negeri, maka harus beradaptasi dengan budaya setempat, kita harus memahaminya, barulah kita dapat berbaur.

Menurut pandangan orang luar negeri, penduduk Amerika dan Australia tidak sama, konsep mereka juga berbeda, gaya hidup juga tidak sama, cara mereka bersosialisasi juga tidak sama, ini juga perlu dipahami, barulah kita dapat berbaur. Mereka bersukacita berada bersama kita, berinteraksi dengan kita, ini adalah yang paling penting, ini adalah syarat utama dalam menyelamatkan para makhluk.

Andaikata orang lain tidak menyukaimu, membencimu, tidak sudi berteman denganmu, sebagus apapun Buddha Dharma itu, anda juga tak berdaya membimbingnya. Didalam sutra tercantum bahwa : “Dimanapun Bodhisattva berada, selalu membuat semua makhluk membangkitkan pikiran sukacita”. Ini amat penting!

Maka itu ketika kita menginjakkan kaki di satu tempat, terlebih dulu harus mengenal kebudayaan, adat istiadat dan kebiasaan mereka, belajar dari penduduk setempat, daripada tidak sopan, dengan demikian barulah kita dapat membaurkan diri, sehingga dapat hidup bersama dengan harmonis dan penuh sukacita.    

Catatan :

 Enam landasan indria adalah:

  1. Mata.
  2. Telinga.
  3. Hidung.
  4. Lidah.
  5. Badan jasmani.
  6. Pikiran.

Enam Kondisi Luar adalah :

  1. Bentuk-bentuk yang dapat dilihat.
  2. Suara.
  3. Bau-bauan.
  4. Rasa.
  5. Sentuhan, berarti obyek-obyek yang berkontak dengan badan jasmani.
  6. Dhamma, berarti obyek-obyek yang timbul di dalam pikiran.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com