Sariputta | Tanya Jawab 74 Sariputta

Tanya Jawab 74

Tanya Jawab 51-100

👁 1 View
2017-09-18 14:11:41

Umat Bertanya :

Menggantungkan nasib pada setan malaikat, mimpi, peramal, mengocok batang bambu bernomor (Ciam Si), para dewa pelindung Dharma penjaga vihara, dan bukan mengandalkan manusia, apakah tindakan ini dibenarkan?

Master Chin Kung Menjawab :

Tindakan ini tidak dibenarkan. Ajaran Buddha mengajarkan kita agar menghormati setan dan malaikat, tetapi tidak boleh belajar dari mereka. Kita adalah Siswa Buddha dan telah bertrisarana pada Triratna, kita belajar dari Buddha Dharma dan Sangha, bukan dengan mengandalkan setan dan malaikat. Walaupun setan dan malaikat pelindung Dharma, kita menghormati mereka sebagai dewa pelindung Dharma, tetapi kita tidak belajar pada mereka.

Ketika Buddha masih berada di dunia, kita mengandalkan Buddha, ketika Buddha tidak berada di dunia lagi, kita mengandalkan Dharma, “Dharma” adalah sutra. Mengamalkan ajaran dalam sutra, ada sutra yang isinya dalam, praktisi pemula tidak memahaminya, dapat membaca penjelasannya. Penjelasan yang ditulis oleh para praktisi terdahulu lebih bisa diandalkan, sedangkan penjelasan yang dibuat oleh praktisi masa kini hanya dilihat jika kondisinya terpaksa, mengapa demikian?

Penjelasan yang dibuat oleh praktisi terdahulu telah tersebar selama beberapa ratus tahun, andaikata memiliki pandangan salah, maka buku ini pasti sejak awal sudah hilang dari peredaran, dan dia bisa tetap bertahan, semakin lama waktu berlalu maka semakin dapat dipercayai. Sedangkan penjelasan yang dibuat oleh orang sekarang belum diuji oleh sejarah dan waktu, maka itu sebaiknya kita memilih penjelasan yang dibuat oleh praktisi terdahulu; andaikata tidak dapat memahami penjelasan dari praktisi terdahulu, barulah kita membaca penjelasan orang kini, sebagai bantuan.

Ketika kita hendak belajar dari kalyanamitra, maka terlebih dulu lihatlah silsilah pewarisan ajaran dari gurunya, dia belajar dari siapa, andaikata tidak memiliki guru maka tidak bisa diandalkan, harus ada guru yang menurunkannya. Guru dari kalyanamitra, andaikata masyarakat, umat berkeluarga atau anggota Sangha amat menyanjungnya, menghormati dan memujinya, maka begini baru boleh dipercaya; andaikata silsilah pewarisan ajarannya bermasalah, maka kredibilitasnya bermasalah. Kita belajar dari Kalyanamitra, harus memahami silsilah perwarisan ajarannya paling sedikit tiga generasi sebelumnya, dari sini barulah bisa yakin padanya.       

   Buddha menetapkan sila, Sangha menetapkan peraturan, mengajari kita agar mematuhi peraturan. Yang khas dari Agama Buddha di Tiongkokadalah Vindhya Vana (vihara tempat tinggal para anggota Sangha bersama praktisi lainnya), seperti kata pepatah berikut : “Ma Zu mendirikan Vindhya Vana, Bai Zhang yang membuat peraturannya”.

Di wilayah Tiongkok, peraturan ditetapkan harus sesuai dengan kebiasaan hidup masyarakat Tiongkok, tetapi semangat yang ada dalam sila itu tidak berubah, hanya saja kalimatnya ada yang disesuaikan. Maka itu, setiap vihara memiliki peraturannya sendiri, bahkan kebaktiannya juga tidak sama, masing-masing memiliki karateristik tersendiri, juga meraih keberhasilan, juga memiliki silsilah pewarisan ajaran. Mengapa tidak sama?  Untuk menarik para makhluk yang berbeda akar kebijaksanaannya, maka metode yang digunakan tidak sama, tetapi yang pasti dapat mengakibatkan semua makhluk memperoleh manfaat. Maka itu, tidak boleh mengandalkan setan dan malaikat.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com