Sariputta | Pasangan Hidup dan Sahabat Sariputta

Pasangan Hidup dan Sahabat

Tanya Jawab Bhikkhu Uttamo

👁 1 View
2017-09-22 01:47:19

Dari: William, Medan

Namo Buddhaya Bhante,
Saya punya pertanyaan sebagai berikut :
1.Bagaimana memilih pasangan hidup yang benar, baik, pandai serta bijaksana?
2.Bagaimana mencari seorang sahabat yang baik, pandai, serta bijaksana?
3.Bagaimana bergaul dengan teman yang saya anggap baik tetapi ia meremehkan Agama
Buddha sebagai pedoman hidupku?
Terimakasih atas jawabannya.

Jawaban:
1 dan 2. Mendapatkan pasangan hidup yang baik, benar, pandai serta bijaksana adalah
merupakan harapan setiap orang. Untuk mewujudkan harapan tersebut, kiranya seseorang
harus meningkatkan kualitas diri terlebih dahulu sehingga ia layak mendapatkan
pasangan hidup dengan kualitas sebaik itu. Ia harus mampu terlebih dahulu menjadi
orang yang baik, benar, pandai serta bijaksana.
Jika ia telah berhasil meningkatkan kualitas diri sendiri, maka ia hendaknya mampu
bergaul dan menjalin persahabatan di lingkungan yang terdiri dari orang baik, benar,
pandai serta bijaksana. Dengan pergaulan yang luas seperti ini, maka akan terbuka
kemungkinan baginya untuk mendapatkan pasangan hidup yang diidamkan, atau paling
tidak sahabat yang berkualitas.
Jadi, pasangan hidup sesempurna seperti yang diidamkan di atas tentunya hanya bisa

diperoleh mereka yang telah sempurna pula kualitas diri serta teman bergaulnya.
Apabila diri sendiri kurang sempurna dan teman pergaulan juga serupa, maka jelaslah
pasangan hidup maupun sahabat yang akan diperoleh juga tidak jauh dari kualitas
tersebut. Dalam hukum alam berlaku pengertian 'jenis mencari jenis', seekor semut merah
akan berkumpul dengan semut merah, bukan dengan semut hitam atau yang lainnya.
3. Dalam masyarakat, sudah wajar terjadi seseorang berkumpul dengan mereka yang
memiliki pemikiran sama dengan dirinya atau bahkan bertentangan sama sekali. Oleh
karena itu, wajar pula apabila menjumpai teman yang baik namun ia mempunyai
pandangan berbeda tentang Agama Buddha. Adanya kekurangan ini hendaknya tidak
terlalu dipermasalahkan. Kekurangan yang ia miliki hendaknya tidak mengganggu
persahabatan yang telah dibina selama ini.
Bahkan sebagai sahabat, apabila memungkinkan, berikanlah kepadanya penjelasan yang
benar tentang Agama Buddha. Dengan demikian, ia akan mengerti bahwa Agama Buddha
tidak seburuk yang ia pikirkan selama ini. Namun, apabila tidak mungkin memberikan
penjelasan kepadanya, maka bertindaklah sebaik mungkin dengan badan, ucapan serta
pikiran sehingga Agama Buddha sebagai pedoman hidup ini akan membuka wawasannya
bahwa ternyata Ajaran Sang Buddha mampu menjadikan seseorang bertambah baik dari
sehari demi sehari. Bukti nyata yang ia lihat dalam perbuatan sehari-hari inilah yang akan
menyadarkannya dari pengertian salah yang ia miliki selama ini. Ia akhirnya akan
mengerti bahwa Agama Buddha tidak seremeh yang ia bayangkan.
Semoga penjelasan ini bermanfaat.
Salam metta,
B. Uttamo

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com