Sariputta | Pancasila Buddhis dan Kebudayaan Barat Sariputta

Pancasila Buddhis dan Kebudayaan Barat

Tanya Jawab Bhikkhu Uttamo

👁 1 View
2017-09-26 14:57:14

Dari: Kristin, Melbourne

Namo Buddhaya.
Bhante, saya sekarang sangat bingung sekali krn pacar saya adalah western people. Yg jd
masalah, saya telah mengambil sumpah Pancasila Buddhis sebelum datang ke Australia.
Dan gaya pacaran di sini sangat bebas. Sebelum jadian dengan si dia, saya sudah katakan
bahwa saya tidak bisa melakukan hubungan sex pra-nikah. Dia bisa mengerti ini. Trs,
saya bilang bahwa saya tidak bisa melakukan french kiss krn itu dilarang seperti yg saya
tahu (mulut, anus, dan alat kelamin). Pacar saya bilang, jika aku benar-benar cinta dia,
maka paling tidak harus bisa berciuman dgnnya.
Jadi, apa yg hrs saya lakukan Bhante ?
Terima kasih.

Jawaban:
Anumodana atas tekad dan niat untuk melaksanakan serta menjaga Pancasila Buddhis
dengan teguh serta disiplin.

Pancasila Buddhis yang berisikan latihan (bukan janji) sepanjang waktu untuk tidak
membunuh, tidak mencuri, tidak berjinah, tidak bohong dan tidak mabuk-mabukan
memang menjadi sarana umat Buddha menjalani kehidupan berlandaskan kemoralan.
Namun, dalam pelaksanaan di masyarakat luas, Pancasila Buddhis yang berasal dari
kebudayaan timur ini sering berbenturan dengan kebudayaan barat. Artinya, hal-hal yang
dianggap tidak sesuai dalam tradisi timur menjadi hal biasa dalam tradisi barat, misalnya
tentang french kiss tersebut.

Untuk menyikapi masalah ini, umat Buddha hendaknya mempunyai kebijaksanaan. Umat
Buddha tentu saja boleh tetap bertahan pada pelaksanaan sila karena sikap itu adalah
kebajikan dan tidak salah.

Namun, kalau umat Buddha ingin mengendorkan pelaksanaan Pancasila untuk
menyesuaikan diri dengan perilaku yang bertentangan dengan pelaksanaan sila tersebut,
maka tentu semua resiko yang timbul dari tindakan tersebut akan menjadi tanggung
jawab sendiri.

Oleh karena itu, justru tinggal di tempat yang penuh pertimbangan seperti inilah umat
Buddha dilatih untuk mengembangkan kebijaksanaan serta kesadaran. Dengan demikian,
diharapkan ia akan mampu menjalani kehidupan dengan baik berdasarkan kemoralan
Buddhis namun juga mampu memberikan pengertian yang benar tentang pelaksanaan
kemoralan kepada pasangan maupun lingkungan tempat ia tinggal.

Semoga jawaban ini bermanfaat untuk dijadikan pemikiran oleh umat Buddha yang
menghadapi masalah serupa.
Semoga selalu berbahagia.
Salam metta,
B. Uttamo

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com