Sariputta | Belajar Meneladani Ajaran Buddha 64 Sariputta

Belajar Meneladani Ajaran Buddha 64

Tanya Jawab Seputar Belajar Meneladani Ajaran Buddha

👁 1 View
2017-09-18 10:57:20

Pertanyaan :

Apakah yang dimaksud dengan Buddha Dharma yang murni? Apakah kita harus memiliki sikap “hanya tahu bercocok tanam, jangan tanya panennya”?

Master Chin Kung Menjawab :

Pertanyaan ini tidak jelas. Ketika Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma di dunia ini, Beliau sudah tahu akan kondisi ajaran saat kini, maka itu sebelum Buddha memasuki Parinirvana, mengajari kita “Empat Andalan Dharma”, (Catvari Pratisaranani), yakni mengajari kita pada masa kini, bagaimana cara untuk membedakan Buddha Dharma yang murni.

Kalimat pertama dari “Empat Andalan Dharma” adalah mengandalkan Dharma dan tidak boleh mengandalkan orangnya. Dharma itu apa? Yakni sutra. Ketika kita mendengar ceramah Dharma, harus mendengarnya dengan seksama, apakah yang dia ceramahkan sama dengan apa yang tertera dalam ajaran sutra, jika tidak sama, maka jangan mendengarnya. Setiap ucapan dan tindakan, harus menuruti ajaran sutra, menuruti apa yang diajari Buddha, ini barulah Buddha Dharma yang murni.

Kalimat kedua dari “Empat Andalan Dharma” adalah mengandalkan makna yang tersirat dan bukan mengandalkan isi yang tersurat, alasannya adalah karena Mara sekarang sudah terlalu banyak, dapat menggoda kita, masih berkata bahwa apa yang kami (Master Chin Kung) ceramahkan adalah bukan Buddha Dharma murni.

Contohnya di dalam Ajaran Sukhavati hanya ada mengeliminasi karma terlahir ke Alam Sukhavati, tidak ada membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati, pernyataan ini telah menggemparkan praktisi pelafal Amituofo di seluruh dunia, sehingga meresahkan hati mereka.

Masih teringat ketika saya pergi ke Los Angeles, California, Upasaka Zhou Xuan-de menjemputku di bandara, saat di mobil dia bertanya padaku : “Master Chin Kung, celaka! Ada orang yang membuat pernyataan bahwa tidak bisa membawa karma serta terlahir ke Alam Sukhavati, bagaimana ini? “

Saya menjawab : “Kalau memang tidak bisa membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati, maka kita tidak usah terlahir ke Alam Sukhavati”.  Upasaka Zhou Xuan-de tidak paham ucapanku, maka saya menjelaskan padanya, andaikata membawa serta karma tidak bisa terlahir ke Alam Sukhavati, maka di Alam Sukhavati hanya tinggal Buddha Amitabha seorang diri dan kesepian.

Meskipun  di dalam sutra tidak tampak kalimat “membawa karma serta terlahir ke Alam Sukhavati”,  namun maknanya jelas ada. Apakah di Alam Sukhavati ada empat tingkatan tanah suci dan sembilan tingkatan bunga teratai? Ada, ini tercantum di dalam sutra. Empat tingkatan tanah suci dan sembilan tingkatan bunga teratai adalah menunjukkan besar kecilnya karma yang dibawa serta itu tidak sama, maka itu di dalam Alam Sukhavati, jika karma yang dibawanya itu banyak maka tingkatannya juga rendah, demikian juga jika karma yang dibawanya sedikit maka tingkatannya tinggi, maka itu harus mengandalkan makna yang tersirat dan bukan mengandalkan isi yang tersurat.

Dan hingga kini masih banyak yang meragukan Sutra Usia Tanpa Batas hasil himpunan Upasaka Xia Lian-ju, dan mengharuskan membaca versi terjemahan. Di dalam kata sambutan pada buku sutra, Upasaka Xia Lian-ju telah menjelaskan bahwa beliau berharap buku sutra hasil himpunannya dapat menuntun para praktisi untuk membaca lima versi terjemahan.

Tetapi, andaikata harus membaca lima versi terjemahan, maka harus membaca keseluruhannya, jika kurang satu buku, maka maknanya takkan sempurna. Sedangkan versi himpunan Upasaka Xia Lian-ju, telah mencakup keseluruhan intisari dari lima versi terjemahan.

Pada masa sebelumnya, juga sudah ada praktisi yang berusaha menghimpun Sutra Usia Tanpa Batas,  contohnya hasil himpunan dari Upasaka Wang Long-shu dan Upasaka Wei Mo-shen, namun karya mereka masih belum sempurna, maka itu Upasaka Xia Lian-ju menghimpun untuk ketiga kalinya, menggunakan waktu selama tiga tahun baru berhasil. Setelah berhasil, beliau menggunakan waktu selama tujuh tahun untuk terus menyempurnakannya, keseluruhannya adalah sepuluh tahun barulah selesai.

Jujur saja, Upasaka Xia Lian-ju adalah jelmaan Buddha dan Bodhisattva, kami yakin padanya, dengan membaca hasil himpunannya berarti telah membaca keseluruhan lima versi terjemahan, bukankah ini sungguh praktis! Dengan mempergunakan hasil himpunan Upasaka Xia Lian-ju, maka ini sudah sempurna.

Maka itu harus menfokuskan diri pada satu pintu Dharma, melatihnya berkesinambungan, barulah kita bisa berhasil, lagipula belajar Ajaran Buddha harus ada seorang guru, saya belajar pada Guru Li Bing-nan, Guru Li Bing-nan belajar pada Master Yin Guang, ini adalah silsilah guru, ditambah dengan keyakinan yang teguh, kita takkan melangkah di jalan yang salah.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com