Sariputta | Belajar Meneladani Ajaran Buddha 43 Sariputta

Belajar Meneladani Ajaran Buddha 43

Tanya Jawab Seputar Belajar Meneladani Ajaran Buddha

👁 1 View
2017-09-18 11:00:40

Pertanyaan :

Bagaimana caranya dalam kehidupan keseharian dapat mengubah kerisauan jadi pencerahan, terutama saat menjelang ajal, dapat mengubah segalanya?

Master Chin Kung Menjawab :

Bukan hanya saat menjelang ajal baru mengubahnya, namun dalam kehidupan keseharian sudah harus bisa mengubah segalanya. Andaikata anda berharap bisa berhasil dalam kehidupan ini juga, maka syaratnya adalah dapat merelakan dan mengikhlaskan.

Mengikhlaskan adalah benar-benar memahami bahwa dunia ini adalah khayalan semu, bukan nyata adanya. “Segala sesuatu yang berasal dari hasil perpaduan itu adalah tidak eksis, kosong dan tidak bisa diperoleh”, anda harus bisa mengikhlaskan-nya. Setelah sanggup mengikhlaskan barulah bisa merelakan, dengan demikian ketrampilan melatih diri baru bisa mengalami kemajuan, sehingga anda takkan terganggu oleh kondisi luar, kondisi luar adalah palsu, kosong.

Sudah 40 tahun lamanya saya tidak menyaksikan berita, waktu luang digunakan untuk membaca sutra, masih terasa waktu tidak cukup. Tetapi kala masih muda setiap hari saya membaca suratkabar, hanya saja topik yang saya baca tidak sama dengan orang lain, begitu membuka lembaran koran, saya akan langsung membaca kabar dukacita, hari ini siapa saja yang sudah meninggal dunia, tua atau muda. Setiap hari begitu banyak yang wafat, kelak pasti akan tiba giliranku, dan hal ini adalah pasti!

Oleh karena itu, sejak muda saya sudah memiliki rasa mawas diri, setiap insan hanya memiliki satu hal yang harus dikerjakannnya dengan tekun, sedetikpun tidak boleh berhenti, setiap orang yang lahir di dunia ini adalah sedang melangkah ke kuburan! Merenungkan sampai di sini, anda takkan lagi mendambakan dunia ini, menaklukkan kerisauan diri, tabiat juga akan jadi ringan, sepatah Amituofo juga dapat dilafal dengan lebih baik.

Andaikata apapun ingin diperoleh, apapun ingin dimiliki, sesungguhnya tubuh sendiri saja tidak bisa dipertahankan. Setiap malam kita tertidur pulas bagaikan sudah mati, saat tertidur, semua benda di kamar tidur tidak ada yang merupakan milikmu; saat pulas, orang lain memindahkan tubuhmu ke tempat lain, anda juga tidak menyadarinya. Ini harus mawas diri, jika memiliki mawas diri yang tinggi maka terhadap dunia ini takkan ada kemelekatan.

Untuk apa manusia hidup di dunia ini? Untuk meningkatkan kualitas batin, memutuskan kejahatan dan memupuk kebajikan, menimbun jasa kebajikan berkesinambungan. Kesimpulannya, kita harus meningkatkan kemajuan batin dan jangan sampai mengalami kemunduran. Sesepuh selalu berkata “Tidak ada yang bisa dibawa pergi, hanya karma yang menyertai”.

Anda harus mengenang kembali saat-saat bahagia, sepanjang hidup bagaimana memperlakukan orang lain dan makhluk lain, mengatasi permasalahan, tiada timbul niat buruk, meskipun orang-orang itu adalah musuh kerabat penagih hutang masa kelahiran lampau, sengaja atau tanpa sengaja datang cari masalah, menfitnah, menghina, bahkan mencelakaiku, semua ini tidak taruh di hati, tiada kebencian, tiada keinginan balas dendam, bahkan merasa berterimakasih.  

Mengapa malah berterimakasih padanya? Dia sedang menguji ketrampilan melatih diriku, saya berhasil melewatinya, terhadap semua orang memiliki rasa terimasih, tiada niat buruk, tiada ucapan dan tindakan buruk, hari demi hari terasa begitu nyaman.

Sudah 54 tahun saya belajar Ajaran Buddha, saya sangat berterimakasih pada guruku yang mengajarkan diriku bahwa belajar Buddha Dharma adalah kenikmatan tertinggi dalam kehidupan manusia, saya sudah berhasil memperolehnya, yakni memutuskan kejahatan memupuk kebajikan, yakni mengikhlaskan dan merelakan, tidak berperhitungan dengan siapa saja. Dia melakukan kejahatan karena dia sedang tersesat, belum sadar dan tercerahkan; sedangkan diri kita sudah sadar dan tercerahkan, mana boleh serupa dengan orang yang masih tersesat? Tidak boleh.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com