Sariputta | Empat Kesunyataan Mulia Sariputta

Empat Kesunyataan Mulia

👁 1 View
2017-09-21 10:53:30

Dahulu ada seorang wanita bernama Kisagotami, yang putra sulungnya meninggal. Dia begitu berduka hingga ia berkeliaran di jalanan membawa mayat anaknya dan meminta bantuan untuk menghidupkan kembali anaknya. Seorang pria yang baik dan bijaksana membawanya ke Sang Buddha.  
 
Sang Buddha berkata, "Ambilkan segenggam biji sawi dan Aku akan menghidupkan kembali anakmu" Dengan sukacita Kisagotami memulai untuk mencari biji sawi tersebut. Kemudian Sang Buddha menambahkan, "Tetapi benih tersebut harus berasal dari keluarga yang belum mengenal kematian."  
 
Kisagotami pergi dari pintu ke pintu di seluruh desa untuk meminta biji sawi, tapi semua orang berkata, "Oh, ada banyak kematian di sini", "Saya kehilangan ayah saya", “Saya kehilangan adik saya ". Dia tidak bisa menemukan satu rumah-tangga pun yang belum pernah dikunjungi oleh sang Maut. Akhirnya Kisagotami kembali ke Sang Buddha dan berkata, "Ada kematian dalam setiap keluarga. Setiap orang mati. Sekarang saya mengerti ajaran Anda. "  
 
Sang Buddha berkata, "Tidak seorang pun dapat menghindari kematian dan ketidak-bahagiaan. Jika orang hanya mengharapkan kebahagiaan dalam hidup, mereka akan kecewa.." 

Hal-hal tidak selalu seperti yang kita inginkan, tetapi kita dapat belajar untuk memahami mereka.  
 
Ketika kita sakit, kita pergi ke dokter dan bertanya:  
 
Apa yang salah dengan saya?
  • Mengapa saya sakit? 
  • Apa yang akan menyembuhkan saya? 
  • Apa yang harus saya lakukan untuk sembuh? 
Sang Buddha seperti dokter yang baik. Pertama seorang dokter yang baik men-diagnosa penyakit. Selanjutnya dia tahu apa yang menyebabkannya. Lalu ia memutuskan apa penyembuhnya. Akhirnya ia memberikan obat atau memberikan perawatan yang akan membuat pasien sehat kembali.   

Empat Kesunyataan Mulia terdiri dari:
  1. Dukkha: Penderitaan
  2. Samudaya: Sebab Penderitaan
  3. Nirodha: Lenyapnya Penderitaan
  4. Magga: Jalan Menuju Lenyapnya Penderitaan

Catatan: sebenarnya terjemahan atas Dukkha sebagai "penderitaan" (suffering) masih kurang tepat. Dukkha harus dipandang secara lebih luas daripada sekedar penderitaan secara umum.

Dukkha: Penderitaan
"Kelahiran adalah dukkha, usia tua adalah dukkha; kematian adalah dukkha; kesakitan, keluh-kesah, ratap tangis, kesedihan, dan putus asa adalah dukkkha; berpisah dengan yang dicintai dan bertemu dengan yang tidak disukai adalah dukkha; tidak mendapatkan apa yang diinginkan adalah dukkha. Singkatnya, lima kelompok kemelekatan adalah dukkha."

Samudaya: Sebab Penderitaan
"Itulah nafsu keinginan (tanhã) yang mengakibatkan kelahiran kembali (tumimbal lahir) yang berulang, dengan disertai oleh hawa nafsu akan kenikmatan indria dan kesenangan indria. Misalnya, nafsu keinginan terhadap perasaan sensual, nafsu keinginan terhadap yang berwujud maupun yang tidak berwujud."

Nirodha: Lenyapnya Penderitaan
"Itulah penghancuran kegemaran dan pelenyapan keinginan; ditolak, dilepas, dan ditinggalkannya nafsu keinginan. Hal ini harus dilakukan oleh diri sendiri."

Magga: Jalan Menuju Lenyapnya Penderitaan

Jalan untuk mengakhiri penderitaan ini dikenal sebagai Jalan Mulia Berunsur Delapan. Ia juga dikenal sebagai Jalan Tengah.
"Itulah Jalan Mulia Berunsur Delapan yang terdiri dari: Pengertian Benar (Sammã Ditthi), Pikiran Benar (Sammã Sankappa), Ucapan Benar (Sammã Vãca), Perbuatan Benar (Sammã Kammantã), Penghidupan Benar (Sammã Ãjiva), Usaha Benar (Sammã Vãyama), Perhatian Benar (Sammã Sati), dan Konsentrasi Benar (Sammã Samãdhi)."

 

Sumber:

  1. Samnyutta Nikaya LVI, 11.
  2. Treasure of the Dhamma, Dr. K. Sri Dhammananda.
  3. Intisari Agama Buddha, Narada Mahathera.

 

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com