Empat Macam Keyakinan

Ada empat macam keyakinan.

Keyakinan yang pertama disebut Kamma Saddhā ’keyakinan terhadap perbuatan’. Ada perbuatan yang baik, berguna, tetapi juga ada perbuatan yang buruk, merugikan. Tidak ada perbuatan abu-abu. Tidak ada. Perbuatan baik atau perbuatan yang buruk. Hanya itu.

Keyakinan yang kedua, Kammavipāka Saddhā, perbuatan memberikan akibat. Tidak ada perbuatan yang sia-sia. Keburukan berakibat penderitaan. Kebaikan berbuah kebahagiaan.Betapapun kecilnya perbuatan itu.

Guru Agung kita pernah menyatakan, ”Tidak mungkin para Bhikkhu. Dan tidak akan pernah mungkin keburukan berbuah kebahagiaan. Tidak mungkin. Dan tidak akan pernah mungkin kebaikan berakibat penderitaan. Kebaikan pasti berbuah kebahagiaan. Perbuatan buruk sekecil apa pun, pasti berakibat penderitaan”.

Keyakinan yang ketiga, Kammasakkatā Saddhā, mereka yang melakukan perbuatan akan memetik hasilnya. Bukan orang Iain. Meskipun seseorang itu menerima hukum karma atau menyangkal hukum karma, semua orang, bahkan semua makhluk akan menerima akibat perbuatannya masing-masing.

Seseorang mengerti hukum karma, meyakini hukum karma atau yang Iain menolak hukum karma dengan mengatakan, "Aku enggak percaya!" Boleh saja. Akan tetapi, hukum karma juga akan berlaku bagi mereka yang tidak percaya. Karena hukum karma itu universal. Anda percaya tidak percaya, hukum karma akan berjalan. Karena hukum karma itu hukum bagi semuanya. Siapa pun yang menanam kebajikan, akan memperoleh kebahagiaan. Siapa pun yang melakukan keburukan, akan sengsara. ltulah hukum karma. Hukum karma tidak pernah lupa pada perbuatan kita masing-masing. .

Ada orang yang bertanya, ”Hukum karma tidak pernah lupa pada perbuatan kita, Bhante, lalu di mana itu perbuatan kita disimpan?”

Perbuatan-perbuatan kita disimpan di Gokarma.co lni hanya candaan. Ketahuilah bahwa tidak ada perbuatan yang tidak membuahkan akibat. Berhati-hatilah dalam melakukan sesuatu.

Keyakinan yang keempat, Tathāgata bodhi saddhā ’keyakinan bahwa Guru Agung kita mencapai pencerahan’. lni tercatat dalam Anguttara Nikāya. Ajaran yang diajarkan oleh Guru Agung kita itu bukan hasil pemikiran Siddhartha. Bukan hasil intelektual. Guru Agung Buddha Gotama bukan seorang filsuf. Tetapi Guru Agung kita mencapai pencerahan Sammāsambodhi.

Dari pencerahan itulah Guru Agung kita bebas dari penderitaan.Dari pencerahan itulah Guru Agung kita mengajarkan Dhamma kepada kita. Guru Agung kita mencapai pencerahan.

Mengendalikan Diri Sendiri

Keyakinan terhadap hukum karma ini mendorong kita untuk mengendalikan diri sendiri. Seseorang yang mengerti hukum karma, menerima hukum karma, maka dia akan mengendalikan dirinya sendiri. Tidak akan berbuat yang buruk meskipun dibujuk, meskipun dibayar. ”Tidak! Saya tidak akan berbuat yang buruk. Karena keburukan itu akan menyengsarakan hidup saya,menghancurkan orang lain juga, menghancurkan lingkungan, dan merugikan saya sendiri.”

Tldak berbuat buruk itulah sīla. Kita menjaga diri untuk tidak berbuat buruk, sebenarnya bukan semata-mata karena 
diperintahkan oleh kitab suci, ayat sekian, halaman sekian.Bukan!

Kita tidak berbuat buruk karena kita sadar keburukan itu membuat kita menderita. Kita sadar keburukan itu menghancurkan. Karena itu kita tidak akan berbuat yang buruk. .

Hati-hatilah dalam berbicara.

Hati-hatilah dalam berbuat.

Ada satu-dua kalimat yang tidak hati-hati diucapkan, bisa menghancurkan satu kota. Saya tidak perlu menjelaskan ini, Anda Iebih mengerti.

Berhati-hatilah dalam berbicara.

Berhati-hatilah dalam berperilaku.

Mengendalikan perbuatan kita sendiri dari perbuatan perbuatan yang buruk karena keburukan itu membawa bencana bagi orang lain, menghancurkan yang lain dan menghancurkan dirinya sendiri.

Lalu, kita tidak hanya menghentikan perbuatan yang buruk saja. Kita tidak hanya tidak berbuat yang buruk, tetapi kita juga harus banyak berbuat baik.
https://www.instagram.com/p/B1s7BhBgFPq/?igshid=ozxk1qotcro8